Sabtu, November 22, 2008

Potensi Kacang Hiris untuk Obat dan Pangan

Oleh : Kabelan Kunia

Artikel ini telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat, Minggu, 9 September 2001

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang kaya di seluruh belahan bumi ini. Dari segi kekayaan jenis tumbuhan, Indonesia sekurangnya memiliki 28 ribu jenis tumbuhan yang hidup secara alami di gugusan kepulauan nan subur ini. Banyak tumbuhan berguna tumbuh dan berkembang di negeri tercinta ini, salah satu jenis tumbuhan yang ditemukan adalah kacang Hiris (Cajanus cajan). Jenis kacang ini di Sunda lebih dikenal sebagai kacang Hiris, sedang di beberapa daerah memiliki nama yang berbeda. Di Jawa dikenal dengan kacang Gude atau kacang Kayu sedang di Bali disebut dengan Kekace.

Kacang ini belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pangan layaknya jenis kacang-kacangan lainnya seperti kacang kedelai, kacang tanah kacang merah dan sebagainya. Di Sunda kita mengenal adanya rujak Hiris, yang bahan bakunya adalah dari kacang Hiris. Rujak ini cukup enak, apalagi dimakan saat cuaca panas di tengah hari yang terik.

Kacang yang termasuk dalam kelompok besar Leguminosae ini merupakan perdu tegak yang tingginya antara 1,5 hingga 3 meter, dan tumbuh baik pada dataran rendah sampai  2.000 meter di atas permukaan laut. Kacang ini cukup toleran terhadap kekeringan atau pada temperatur yang tinggi dan tumbuh baik di daerah yang kurang subur. Tumbuhan ini belum banyak dibudidayakan dan pemanfaatannya masih sangat terbatas, hanya agai sayuran tambahan, sehingga nilai ekonomisnya masih rendah.

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan daerah tropis dan subtropis. India merupakan negeri asal tumbuhan ini, kemudian menyebar ke seluruh bagian dunia, mulai dari Afrika hingga ke Indonesia. Di negeri asalnya India, tumbuhan ini merupakan sumber makanan utama, bahkan sangat populer di Afrika Selatan dan Amerika Tengah. Kacang Hiris merupakan sumber protein dan vitamin B yang cukup penting.

Biji kacang Hiris merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Pada tahun 1996, produksi dunia akan biji kering kacang ini mencapai 4,6 juta hektar. Di India sendiri menyumbangkan sekitar 82 persen dari produksi dunia. Melihat angka ini tampaknya India tidak main-main dalam mengembangkan tumbuhan ini.

Analisis kandungan nutrisi biji kacang hiris ini telah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan. Pada biji kacang yang muda dilaporkan per 100 gram mengandung 117 kalori, 69,5% uap air, 7,2 gram protein, 0,6 gram lemak, 21,3 gram karbohidrat, 3,3 gram serat, 1,4 gram abu, 29 mg Ca, 135 mg P, 1,3 mg Fe, 5 mg Na, 563 mg K, 145 mg b-karoten, 0,40 mg thiamine, 0,25 mg riboflavin, 2,4 mg nicin dan 26 mg asam askorbik (Duke, 1983). Selanjutnya Faris dkk. (1987) melaporkan bahwa kandungan vitamin A, yaitu 470 mg dan vitamin C sebesar 25 mg dalam 100g biji hiris segar. Secara umum biji kacang ini mengandung sumber protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang cukup tinggi.

Tumbuhan ini dibudidayakan untuk mendapatkan biji, namun daun pucuknya banyak dimanfaatkan sebagai lalapan yang dimakan mentah, direbus maupun dikukus. Daun merupakan sumber materi organik dan nitrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau pada lahan pertanian dan dijadikan pakan ternak. Di samping itu daunnya umum digunakan sebagai obat dalam pengobatan tradisional. Menurut Heyne dalam bukunya berjudul “Tumbuhan Berguna Indonesia”, mencatat bahwa, daun kacang Hiris yang telah diremas-remas halus merupakan bahan yang baik sebagai obat herpes. Di Bogor Heyne menemukan bahwa daun kacang Hiris dijadikan ramuan untuk mengobati penyakit kurap rawit pada penduduk setempat, yaitu penyakit kulit yang menyebabkan gatal pada penderitanya.

Bahkan Morton (1976) pernah mengumpulkan dan menulis beberapa manfaat kesehatan kacang Hiris ini. Menurutnya, bahwa di India dan Jawa, daun hiris muda digunakan untuk mengobati luka. Bahkan di Indocina tulisnya, diyakini bahwa bubuk (bedak) daun hiris dapat membantu mengeluarkan batu kandung kemih. Begitupun dengan sari daun yang diasini dapat digunakan untuk mengobati penyakit kuning. Di Argentina, air rebusan daun hiris dapat digunakan untuk mengobati penyakit genital dan iritasi kulit khususnya pada wanita. Air rebusan ini juga dapat mengobati bronchitis, batuk dan pneumonia. Bahkan daunnya juga dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi, pembersih mulut, sariawan dan disentri.

Dilihat dari kandungan nutrisi, biji kacang hiris merupakan sumber pangan yang potensial. Sebagai makanan rakyat, tumbuhan ini di Indonesia tidak begitu populer dan belum banyak dimanfaatkan dibandingkan dengan dhal yang merupakan makanan terkenal di India yang terbuat dari tepung biji hiris yang dicampur dalam soup atau dimakan dengan nasi. Hasil penelitian mencatat bahwa dhal mengandung 25% protein dan memiliki keseimbangan asam amino yang baik kecuali methionin dan sistein serta cocok untuk makanan dalam program diet (Faris dkk., 1987). Bahkan di sana kacang ini merupakan tanaman kacang-kacangan yang ketiga ditanam secara besar-besaran.

Polong muda biasanya dimakan seperti daun mudanya sebagai lalapan atau sebagai sayuran tambahan pada masakan. Melihat kandungan protein yang cukup tinggi, kacang ini cukup potensial dimanfaatkan untuk membuat tempe, tahu, kecap dan tauco. Biji yang dibakar hangus kemudian dicampur dengan air kopi dapat mengurangi rasa sakit kepala. Bahkan biji yang muda dipercaya dapat menyembuhkan penyakit ginjal dan liver ringan (Duke, 1981).
Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa kacang hiris mengandung fitoestrogen yang mempunyai aktivitas antiangiogenesis yang dapat menghambat pembentukan pembuluh darah baru (Sajuthi, 2000).

Pembentukan pembuluh darah baru pada kanker berlangsung sangat cepat, sehingga pertumbuhan kanker juga menjadi cepat. Terhambatnya pembentukan pembuluh darah pada kanker, akan menyebabkan pertumbuhan kanker juga menjadi terhambat. Aktivitas ini disebut antiangiogenesis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa fitoestrogen yang terdapat pada biji kacang hiris ini mempunyai potensi sebagai antikanker.

Apakah benar kacang hiris ini memiliki kemampuan mencegah perkembangan kanker, masih menjadi pertanyaan dan memerlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam. Seperti kebanyakan tumbuhan berguna lainnya, biasanya disarankan guna untuk pencegahan bukan untuk penyembuhan suatu penyakit. Namun penulis berharap kiranya dengan tulisan sederhana ini dapat memberikan wawasan dan pandangan guna menambah nilai ekonomi tumbuhan ini sebagai salah satu tumbuhan bermanfaat dan sebagai alternatif dalam upaya pengembangan sumber daya hayati di Indonesia.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Kacang Hiris itu kacang apa ya, gambar kacang tidak jelas...