Sabtu, November 22, 2008

Peran Bioteknologi dalam Industri Kelapa Sawit

Oleh : Kabelan Kunia*

Artikel ini ditulis sebagai laporan kegiatan Kongres dan Seminar Bioteknologi Indonesia di Aula Barat ITB, 16 Oktober 2002

Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia, bahkan pada tahun 2010 Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara penghasil kelapa sawit pertama di dunia, karena penanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan tajam. Hal ini membuat Indonesia mempunyai kepentingan strategis untuk mengembangkan industri hilir kelapa sawit. Indonesia perlu mengejar ketertinggalan penerapan teknologi, khususnya terhadap kelapa sawit dan bisnis strategis di masa yang akan datang. Penelitian dan Pengembangan yang agresif perlu diimplementasikan untuk mempertahankan industri perkelapa-sawitan Indonesia guna meningkatkan daya saingnya di pasar global.

Hal ini dikemukakan oleh Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Pangan Tien R. Muchtadi dalam Kongres III Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) dan Seminar Bioteknologi 2002 di Aula Barat ITB, Kamis (10/10).

Kongres dan seminar Bioteknologi ini dihadiri tidak kurang 250 praktisi Bioteknologi dari seluruh Indonesia yang berdialog dan berdiskusi mengenai kemajuan dan perkembangan Bioteknologi di Indonesia. Tema Kongres dan Seminar ini adalah “Pengembangan Bioteknologi untuk Meningkatkan Nilai Tambah Sumberdaya Hayati”.

“Selama tahun 1999-2000, produksi minyak sawit Indonesia meningkat mencapai 12%, jauh lebih besar dibandingkan Malaysia (5,9%). Namun dengan adanya peningkatan permintaan minyak sawit dunia setiap tahunnya ditambah dengan adanya isu-isu yang muncul yang mengarah kepada persoalan penguasaan dan pemanfaatan suatu kawasan yang luas, perlu diusahakan suatu penemuan yang berpotensi untuk dapat meningkatkan produksi minyak kelapa sawit nasional”, jelas Muchtadi.

Strategi Pengembangan
Dari minyak kelapa sawit telah dipopulerkan berbagai produk turunannya dan juga dapat digunakan sebagai sumber energi yang terbaru, sehingga produksi oleokimia diharapkan dapat terus meningkat dan posisi industri oleokimia dapat memegang peranan penting pada abad 21. Masih menurut Muchtadi, kunci utama dalam perluasan industri kelapa sawit adalah dengan mengembangkan teknik-teknik baru yang menguntungkan.

Strategi pengembangan Penelitian dan Pengembangan sawit adalah: (1) Strategi peningkatan perolehan dengan memaksimalkan produktivitas penggunaan lahan, (2) Pemanfaatan biomassa dengan mengoptimalkan eksplorasi non-oil biomassa, serta (3) Strategi nilai tambah, dengan fokus pada produksi oleochemical dan phytonutriens yang berkualitas tinggi. Penelitian dan Pengembangan berperan untuk memenuhi tuntutan jaman, perdagangan, kesehatan, gizi serta dapat menyaingi produk negara pengimpor yang telah mengadakan kerjasama dengan negara tertentu untuk tidak menggunakan tarif dalam mengimpor barang (non-tariff barriers).

“Saat ini, bioteknologi termasuk teknik GMO (Genetically Modified Organism) telah menyentuh berbagai bidang kehidupan manusia dan lingkungannya. Dalam bidang pangan dan pakan meliputi: peningkatan produksi, peningkatan kualitas dan perbaikan pasca panen, serta perbaikan processing. Dengan demikian GMO dapat digunakan sebagai prospektif kemandirian atau ketahanan pangan maupun diversifikasi ekonomi suatu negara, melalui ekspor produk berlabel GMO, salah satunya yaitu minyak kelapa sawit. Kegiatan ini mencakup efisensi fertilizer, penggunaan Intensive Integrated Biological Management (IBM) untuk mengurangi penggunaan bahan kimia dan proses mekanisasi, serta untuk meningkatkan kualitas, produktivitas serta produk turunannya”, papar Muchtadi.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Pengurus Pusat Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) terpilih untuk kepengurusan 2002-2006, Achmad Saifuddin Noer dari PPAU Bioteknologi - ITB mengungkapkan, bahwa bioteknologi yang baru diperkenalkan di Indonesia pada dasawarsa 80-an mempunyai potensi yang besar untuk memberikan sumbangan dalam pemenuhan dan peningkatan kemampuan ekonomi nasional. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan kekayaan Indonesia berupa keanekaragaman sumberdaya hayati yang terbesar di dunia.

“Potensi tersebut baru terwujud apabila Bioteknologi telah mampu meningkatkan nilai tambah sumberdaya hayati Indonesia,” demikian ungkapnya di tengah penutupan kegiatan ini. Kongres III KBI dan Seminar Bioteknologi 2002 merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya meningkatkan apresiasi berbagai kalangan akan kepeduliannya untuk meningkatkan nilai tambah sumberdaya hayati Indonesia guna kemakshalatan bangsa. (Belan)

Bandung, 16 Oktober 2002
*Panitia Kongres III KBI dan Seminar Bioteknologi 2002

1 komentar:

infogue mengatakan...

Artikel anda di

http://biotek.infogue.com/peran_bioteknologi_dalam_industri_kelapa_sawit

promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus untuk para netter Indonesia. Salam!