Sabtu, November 22, 2008

Profil Kabelan Kunia

Nama Lengkap
: Kabelan Kunia(Belan)
Tempat/Tanggal Lahir
: Muara Batang Empu (Musi Rawas) / 22 Nopember 1973
Bidang Keahlian
: Mikrobiologi dan Bioteknologi
Kantor / Unit Kerja
: Pusat Penelitian Bioteknologi ITB
Alamat Kantor
: Gd. Aplikasi & Integrasi (ex. PAU) Lt V   Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
Mobile Phone
: HP :0813 22060711 - 022 76467 522
E-mail

Penelitian
2010 – 2010
·  Pemanfaatan limbah susu pabrik PT. Frisian Flag sebagai bahan baku pakan ayam broiler dan aplikasinya pada peternakan.
2009 - 2010
·  Aplikasi pupuk hayati NutriGrow terhadap beberapa jenis tanaman sayuran.
2008 - 2010
·  Peningkatan produksi Pupuk Hayati sebagai pengkaya Pupuk Organik.
2009 - 2010
·  Efektivitas dan kontrol produksi pupuk hayati NutriGrow dan Biodegra pada skala industri.
2008 - 2009
·  Peningkatan produksi padi organik hemat air dengan penerapan SRI (System of Rice Intensification)
2008 - 2009
·  Efisiensi penggunaan air irigasi pada petak tersier dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification) di Kabupaten Cianjur
2007 - 2008
·  Aplikasi pupuk organik NutriGrow pada lahan sawah terkontaminasi limbah cair tekstil dengan metode SRI.
2006 – 2007
·  Produksi biogas dari limbah padat Jatropha curcas. (RU ITB 2007).
2006 - 2007
·  Produksi pupuk hayati Blue Green Algae untuk meningkatkan produksi padi sawah. (RU ITB 2007).
2005 - 2006
·  Produksi dan strategi pupuk hayati mikoriza untuk pertumbuhan dan adaptasi tanaman jarak (Jatropha curcas) di lahan marginal. (Kerjasama ITB – PT. BioChem).
2004 - 2006
·  Pemanfaatan limbah organik dan mikroorganisme lokal untuk produksi pupuk organik cair.
2004 - 2005
·  Uji Patoginisitas daun dan biji tanaman jarak (Jatropha curcas) terhadap lalat buah.
Pekerjaan
  • Peneliti di PP Bioteknologi ITB (2001 - Now)
  • Pendiri dan Direktur PT. Rifazha Fermentech (Produsen pupuk hayati, probiotik ternak dan produk pertanian organik) (2003 - Now)
Inovasi Produk
1. NUTRIGrow : Pupuk Hayati Unggul
2. OrganoDegra : Bioaktivator Kompos Super
3. BioDeg : Mikroba Penguras Septik tank/ WC  dan limbah organik
4. BioTex : Mikroba Pendegradasi Limbah Tekstil
5. Probioter : Probiotik Untuk Ternak
6. Fermenta : Pakan/ Nutrisi Ternak Inovatif
7. NUTRIKAN : Nutrisi untuk Budidaya Air 

Tulisan Populer
Beberapa tulisan popular karya penulis yang dimuat di beberapa media nasional dan lokal :
1.
Jamur "Candida" Picu Autis, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 30 September 2010.
2.
Bakteri Asam Laktat UntukTerapi Autis, Pikiran Rakyat, Kamis, 30 September 2010.
3.
Mikoriza, Pupuk Hayati Super, Harian Pikiran Rakyat, Kamis 29 September 2009.
4.
Berbuka Sehat dengan Labu, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, September 2009.
5.
SRI : Teknologi Budi Daya Padi Serbahemat, Harian Pikiran Rakyat, Kamis  25 Juni 2009.
6.
Pertanian Organik, Teknologi Ramah Lingkungan, Harian Pikiran Rakyat, Sabtu, 11 April 2009.
7.
Mikroba Penghasil Listrik, Koran Jakarta, Selasa, 07 April 2009.
8.
Ubi Jalar Sumber Pangan yang Menyehatkan, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 25 September 2008.
9.
Pisang, Teman Berbuka Puasa yang Menyehatkan, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 11 September 2008.
10.
Pertanian Organik, Kembali ke Konsep Alami, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 14 Agustus 2008.
11.
Pupuk Organik Atasi Degradasi Kesuburan, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 14 Agustus 2008.
12.
Geobacter, Mikroba Penghasil Listrik, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 24 Juli 2008.
13.
Mengurangi Bau dengan Mikroba, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 10 Juli 2008.
14.
Surfaktan Pengusir Racun dan Kotoran, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 26 Juni 2008.
15.
Biji Pinang Cara Lain Mengobati Cacingan, Tabloid Agribisnis Dwimingguan AGRINA, 10 Januari 2007.
16.
Puasa, Perang Melawan Radikal Bebas, Harian Pikiran Rakyat, Kamis 20 September 2007.
17.
Berbuka Puasa, Mestikah yang Manis? Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 20 September 2007.
18.
Kurma, Saran Berbuka Menyehatkan, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 20 September 2007.
19.
Air Kelapa, Segar dan Sarat Khasiat, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 12 April 2007.
20.
Lengkuas Sebagai Pengganti Formalin, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 26 Januari 2006.
21.
Temulawak, Ginsengnya Indonesia, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 26 Januari 2006.
22.
Bolehkah Makan Kolak dan Minum Es?, Harian Pikiran Rakyat, Rabu, 27 September 2006.
23.
Nilai-nilai Religius Solusi Krisis Lingkungan, Harian Pikiran Rakyat, 07 Januari 2005.
24.
Klorofil dan Hemoglobin sang Kembar Berbeda Inti, Harian Pikiran Rakyat, Kamis,  30 Juni 2005.
25.
Richard Martin Willstatter, Anak Penjual Tekstil Penemu Klorofil, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 30 Juni 2005.
26.
TBC pada Anak tanpa Gejala Khas, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 09 Juni 2005.
27.
Minyak Kelapa Bermanfaat Tingkatkan Ketahanan Tubuh, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 03 Pebruari 2005.
28.
Nilai-nilai Religius Solusi Krisis Lingkungan, Harian Pikiran Rakyat, Jumat, 07 Januari 2005.
29.
Leunca Sebagai Obat dan Alat Kontrasepsi, Harian Pikiran Rakyat, Minggu, 16 Januari 2005.
30.
Kolang-kaling, Teman Berbuka Sarat Manfaat, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 21 Oktober 2004.
31.
Membunuh Sifat Kebinatangan; Pesan Persaudaraan Kurban, Harian Pikiran Rakyat, 13 April 2004.

Potensi Kacang Hiris untuk Obat dan Pangan

Oleh : Kabelan Kunia

Artikel ini telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat, Minggu, 9 September 2001

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang kaya di seluruh belahan bumi ini. Dari segi kekayaan jenis tumbuhan, Indonesia sekurangnya memiliki 28 ribu jenis tumbuhan yang hidup secara alami di gugusan kepulauan nan subur ini. Banyak tumbuhan berguna tumbuh dan berkembang di negeri tercinta ini, salah satu jenis tumbuhan yang ditemukan adalah kacang Hiris (Cajanus cajan). Jenis kacang ini di Sunda lebih dikenal sebagai kacang Hiris, sedang di beberapa daerah memiliki nama yang berbeda. Di Jawa dikenal dengan kacang Gude atau kacang Kayu sedang di Bali disebut dengan Kekace.

Kacang ini belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pangan layaknya jenis kacang-kacangan lainnya seperti kacang kedelai, kacang tanah kacang merah dan sebagainya. Di Sunda kita mengenal adanya rujak Hiris, yang bahan bakunya adalah dari kacang Hiris. Rujak ini cukup enak, apalagi dimakan saat cuaca panas di tengah hari yang terik.

Kacang yang termasuk dalam kelompok besar Leguminosae ini merupakan perdu tegak yang tingginya antara 1,5 hingga 3 meter, dan tumbuh baik pada dataran rendah sampai  2.000 meter di atas permukaan laut. Kacang ini cukup toleran terhadap kekeringan atau pada temperatur yang tinggi dan tumbuh baik di daerah yang kurang subur. Tumbuhan ini belum banyak dibudidayakan dan pemanfaatannya masih sangat terbatas, hanya agai sayuran tambahan, sehingga nilai ekonomisnya masih rendah.

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan daerah tropis dan subtropis. India merupakan negeri asal tumbuhan ini, kemudian menyebar ke seluruh bagian dunia, mulai dari Afrika hingga ke Indonesia. Di negeri asalnya India, tumbuhan ini merupakan sumber makanan utama, bahkan sangat populer di Afrika Selatan dan Amerika Tengah. Kacang Hiris merupakan sumber protein dan vitamin B yang cukup penting.

Biji kacang Hiris merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Pada tahun 1996, produksi dunia akan biji kering kacang ini mencapai 4,6 juta hektar. Di India sendiri menyumbangkan sekitar 82 persen dari produksi dunia. Melihat angka ini tampaknya India tidak main-main dalam mengembangkan tumbuhan ini.

Analisis kandungan nutrisi biji kacang hiris ini telah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan. Pada biji kacang yang muda dilaporkan per 100 gram mengandung 117 kalori, 69,5% uap air, 7,2 gram protein, 0,6 gram lemak, 21,3 gram karbohidrat, 3,3 gram serat, 1,4 gram abu, 29 mg Ca, 135 mg P, 1,3 mg Fe, 5 mg Na, 563 mg K, 145 mg b-karoten, 0,40 mg thiamine, 0,25 mg riboflavin, 2,4 mg nicin dan 26 mg asam askorbik (Duke, 1983). Selanjutnya Faris dkk. (1987) melaporkan bahwa kandungan vitamin A, yaitu 470 mg dan vitamin C sebesar 25 mg dalam 100g biji hiris segar. Secara umum biji kacang ini mengandung sumber protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang cukup tinggi.

Tumbuhan ini dibudidayakan untuk mendapatkan biji, namun daun pucuknya banyak dimanfaatkan sebagai lalapan yang dimakan mentah, direbus maupun dikukus. Daun merupakan sumber materi organik dan nitrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau pada lahan pertanian dan dijadikan pakan ternak. Di samping itu daunnya umum digunakan sebagai obat dalam pengobatan tradisional. Menurut Heyne dalam bukunya berjudul “Tumbuhan Berguna Indonesia”, mencatat bahwa, daun kacang Hiris yang telah diremas-remas halus merupakan bahan yang baik sebagai obat herpes. Di Bogor Heyne menemukan bahwa daun kacang Hiris dijadikan ramuan untuk mengobati penyakit kurap rawit pada penduduk setempat, yaitu penyakit kulit yang menyebabkan gatal pada penderitanya.

Bahkan Morton (1976) pernah mengumpulkan dan menulis beberapa manfaat kesehatan kacang Hiris ini. Menurutnya, bahwa di India dan Jawa, daun hiris muda digunakan untuk mengobati luka. Bahkan di Indocina tulisnya, diyakini bahwa bubuk (bedak) daun hiris dapat membantu mengeluarkan batu kandung kemih. Begitupun dengan sari daun yang diasini dapat digunakan untuk mengobati penyakit kuning. Di Argentina, air rebusan daun hiris dapat digunakan untuk mengobati penyakit genital dan iritasi kulit khususnya pada wanita. Air rebusan ini juga dapat mengobati bronchitis, batuk dan pneumonia. Bahkan daunnya juga dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi, pembersih mulut, sariawan dan disentri.

Dilihat dari kandungan nutrisi, biji kacang hiris merupakan sumber pangan yang potensial. Sebagai makanan rakyat, tumbuhan ini di Indonesia tidak begitu populer dan belum banyak dimanfaatkan dibandingkan dengan dhal yang merupakan makanan terkenal di India yang terbuat dari tepung biji hiris yang dicampur dalam soup atau dimakan dengan nasi. Hasil penelitian mencatat bahwa dhal mengandung 25% protein dan memiliki keseimbangan asam amino yang baik kecuali methionin dan sistein serta cocok untuk makanan dalam program diet (Faris dkk., 1987). Bahkan di sana kacang ini merupakan tanaman kacang-kacangan yang ketiga ditanam secara besar-besaran.

Polong muda biasanya dimakan seperti daun mudanya sebagai lalapan atau sebagai sayuran tambahan pada masakan. Melihat kandungan protein yang cukup tinggi, kacang ini cukup potensial dimanfaatkan untuk membuat tempe, tahu, kecap dan tauco. Biji yang dibakar hangus kemudian dicampur dengan air kopi dapat mengurangi rasa sakit kepala. Bahkan biji yang muda dipercaya dapat menyembuhkan penyakit ginjal dan liver ringan (Duke, 1981).
Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa kacang hiris mengandung fitoestrogen yang mempunyai aktivitas antiangiogenesis yang dapat menghambat pembentukan pembuluh darah baru (Sajuthi, 2000).

Pembentukan pembuluh darah baru pada kanker berlangsung sangat cepat, sehingga pertumbuhan kanker juga menjadi cepat. Terhambatnya pembentukan pembuluh darah pada kanker, akan menyebabkan pertumbuhan kanker juga menjadi terhambat. Aktivitas ini disebut antiangiogenesis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa fitoestrogen yang terdapat pada biji kacang hiris ini mempunyai potensi sebagai antikanker.

Apakah benar kacang hiris ini memiliki kemampuan mencegah perkembangan kanker, masih menjadi pertanyaan dan memerlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam. Seperti kebanyakan tumbuhan berguna lainnya, biasanya disarankan guna untuk pencegahan bukan untuk penyembuhan suatu penyakit. Namun penulis berharap kiranya dengan tulisan sederhana ini dapat memberikan wawasan dan pandangan guna menambah nilai ekonomi tumbuhan ini sebagai salah satu tumbuhan bermanfaat dan sebagai alternatif dalam upaya pengembangan sumber daya hayati di Indonesia.

Hilangnya Keanekaragaman Hayati Indonesia

Oleh : Kabelan Kunia

Artikel ini telah dimuat di Pikiran Rakyat , Minggu, 9 September 2001

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (TQS. Luqman : 10)

Beruntung sekali kita lahir dan hidup di bumi Indonesia yang konon memiliki kekayaan alam yang melimpah. Bahkan konon terkaya di seluruh celah dan belahan jagad raya ini. Sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih 17.000 pulau baik besar maupun kecil, Indonesia merupakan negara kepulauan tropik yang terluas di dunia. Luas daratan kita lebih kurang 1,9 juta km2 dengan kondisi alam yang beragam. Tanah tempat kita berpijak ini ditumbuhi dengan subur berbagai tumbuhan serta didiami oleh berjenis-jenis hewan baik yang langka maupun tidak dan bahkan ada yang hanya hidup di beberapa tempat di wilayah Indonesia saja dan tidak ditemukan di belahan dunia manapun.

Belum lagi yang tumbuh dan hidup di sepanjang aliran sungai, pantai dan laut. Bahkan Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yaitu sepanjang 81.000 km atau 14% dari panjang pantai yang ada di belahan dunia ini. Kemudian ditambah lagi dengan luas hutan bakau terbesar di dunia, yaitu 4,25 juta hektar yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna. Berdasarkan keanekaragaman kondisi alam dan kedudukannya yang berada di daerah tropik, Indonesia diperkirakan memiliki tidak kurang dari 47 jenis tipe ekosistem alami.

Kalaulah mau berdecak kagum dan bangga¸ barangkali kita sebagai bangsa tidak terlalu sombong untuk mengklaim bahwa kita adalah bangsa yang kaya! Namun jika kita harus bersedih dan menangis sekalipun, kiranya itupun tidak bisa disalahkan, manakala kita melihat ironi dan kenyataan, bahwa sebagai negara yang kaya, tapi nyatanya masih terlampau banyak rakyat kita yang hidup miskin, bodoh, dan terbelakang! Kita pun tak harus menyesal dan berkecil hati, karena itulah realita, bahwa sebagian besar rakyat kita masih berada di bawah garis kemiskinan. Itu artinya, bahwa masih banyak dari saudara kita sebangsa yang hari ini makan nasi basi, besok barangkali meringis menahan lapar!

Memandang kenyataan ini, timbul berbagai pertanyaan di kepala kita. Kemana tanah kita yang subur itu? Kemana hewan dengan berbagai rupa dan jenis yang berkeliaran bebas di hutan-hutan, ikan yang yang menari dan berenang hilir mudik di aliran sungai-sungai kecil yang membelah desa nan damai di lereng bukit? Dikemanakan bulu-bulu cenderawasih yang beraneka warna dan burung merak yang gagah dan gemerlap itu? Lantas diapakan komodo, harimau sumatera, orang utan, anoa dan badak jawa yang nyaris punah? Lalu diapakan hutan tropis kita yang lebat dan rimbun di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya? Apakah hanya untuk ditebang pemegang HPH atau hanya dibakar sehingga menghasilkan asap dan kabut sebagai komoditi ekspor ke negara tetangga?

Terlampau banyak yang mesti dipertanyakan, sehingga semakin banyak pula jawaban yang tidak akan pernah kita dapatkan. Barangkali permasalahannya adalah, kepada siapa pertanyaan itu mesti ditanyakan. Karena selama ini kita hanya berani bertanya pada diri sendiri dan tidak memiliki keberanian untuk mempertanyakan kepada siapapun!

Dulu, bahkan sampai saat ini pun kita sudah terbius dan terbelenggu demikian erat pada semboyan-semboyan dan keberhasilan semu pembangunan bangsa oleh para oportunis. Atau mungkin kita sudah telanjur mabuk dengan kebanggaan dan kekayaan berlimpah ruah dari keanekaragaman hayati kita yang pada nyatanya tidak memberikan keuntungan apapun pada kita sebagai rakyat. Namun bisa jadi kita memang bodoh dan tidak tahu-menahu atau memang tidak mau tahu, akan diapakan kekayaan kita yang melimpah ini, sehingga dengan suka cita kita bagikan kepada orang-orang asing, para konglomerat dan penguasa yang rakus untuk berpesta-pora merenggut, ah, bukan merenggut sesungguhnya, tapi ‘menikmati’-nya, karena dalam hal ini kita memang ikhlas!

Pemanfaatan dan Pelestarian
Pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia hendaknya tidak dilepaskan dari aksi pengelolaan dan pelestariannya. Hal ini mutlak, sebab kalau keanekaragaman hayati ini semata-mata hanya dimanfaaatkan tanpa memperhatikan aspek pengelolaan, penyelamatan maupun pelestariannya, maka yakinlah bahwa suatu saat kelak keanekaragaman hayati yang melimpah ini akan menjadi sejarah yang indah namun teramat getir untuk dikenang.

Kekayaan hayati yang beranekaragam ini sesungguhnya telah ribuan tahun lalu dimanfaatkan oleh nenek moyang Bangsa Indonesia. Bahkan dalam 4 dasawarsa terakhir telah membawa ‘kemajuan’ ekonomi yang cukup pesat bagi bangsa ini. Namun seiring dengan itu, ketimpangan semakin menganga dalam masyarakat Indonesia.

Bersyukur kita mestinya, karena ‘kebangkrutan’ keanekaragaman hayati ini masih dapat dihindari. Atas kuasa-Nya, keanekaragaman hayati ini memiliki sifat yang dapat diperbaharui (renewable), sehingga akan semakin kokoh sebagai modal pembangunan nasional di masa-masa yang akan datang. Namun kita jangan gembira dulu. Ada tugas dan tanggung jawab yang teramat berat mesti kita pikul sebagai konsekuensi atas pemanfaatan kekayaan hayati ini.

Meskipun pada dasarnya keanekaragaman hayati itu memiliki sifat dapat diperbaharui, namun kemampuan tersebut bukanlah tanpa batas. Sebagai sumber daya guna memenuhi keberlangsungan hidup manusia serta sebagai modal dasar pembangunan berkelanjutan, keberadaan keanekaragaman hayati amat tergantung bagaimana kita memperlakukannya. Indikasi penyusutan kekayaan ini tampak sudah kian tidak tertutupi dan dampaknya makin terasa pada akhir-akhir ini.

Bencana banjir di kepulauan Nias dan di berbagai tempat lainnya serta asap tebal atau kabut menghiasi birunya langit merupakan isyarat dari rusaknya tatanan ekosistem alami yang ada. Kiranya bencana-bencana yang semakin akrab dalam kehidupan kita, membuat perhatian kita menjadi lebih besar dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati ini. Pengelolaan dan pelestarian adalah kata kuncinya!

Tampaknya diperlukan upaya menyeluruh untuk mengurangi laju kerusakan keanekaragaman hayati menjadi semakin parah. Kiranya perlu menanamkan kesadaran kepada pemerintah, swasta dan masyarakat guna meningkatkan efisiensi pemanfaatan keanekaragaman hayati seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempelajari serta terus menggali pemanfaatan jenis-jenis flora dan fauna yang masih berserakan dan belum diketahui potensi sumber daya hayatinya. Sebagai catatan, bahwa baru sekitar 6.000 jenis tumbuhan, 1.000 jenis hewan dan 100 jenis mikroorganisme yang telah diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang keberlangsungan hidupnya.

Artinya bahwa, sebagian besar dari kekayaan hayati Indonesia belum diketahui potensinya guna menyejahterahkan masyarakat.

Suatu hal yang memang dirasakan sulit dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati salah satunya adalah belum padunya pengertian akan konsep pemanfaatan secara lestari pada semua kalangan termasuk pemerintah (pusat dan daerah), swasta dan masyarakat umum. Kiranya sosialisasi dari pemahaman konsep ini perlu segera dibangun dan dikembangkan, sehingga upaya-upaya pelestarian akan menjadi lebih mudah.

Kita semua percaya bahwa potensi keanekaragaman hayati harus dimanfaatkan seefektif mungkin yang diperuntukkan buat kesejahteraan semua rakyat Indonesia, di samping kita menjamin bahwa anak cucu kita kelak akan bersuka cita menikmati warisan yang teramat berharga ini. Agaknya kita perlu menyadari bahwa alam Indonesia yang kaya ini tidak akan pernah habisnya untuk menjamin bekerjanya jantung memompa darah mengaliri nadi-nadi sekitar 200 juta lebih rakyat Indonesia yang sedang kelaparan sekalipun.

Kiranya apa yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah suatu pelajaran bagi kita sebagai hamba-Nya untuk menjadi renungan agar kita dapat mengatur dan mengolah alam ini dengan sebaiknya. Hal ini tercermin dalam firman-Nya dalam Al-Quran surat Yunus : 24 berikut ini :

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir”.

Cara Aman Mengkonsumsi Gadung

Oleh Kabelan Kunia

Artikel ini telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat, 2002

Di tengah kemarau mencekam, krisis pangan mencekik, sontak kita dikejutkan dengan berita memilukan dari saudara kita di Depok yang meninggal gara-gara memakan gadung rebus. Seperti yang diungkapkan oleh seorang warga, meski korban memakan gadung yang direbus hingga matang, namun tak urung menyebabkan beberapa korban mengalami keracunan bahkan dua orang meninggal dunia (Pikiran Rakyat, 6 Agustus 2002).

Masalahnya kenapa gadung yang termasuk jenis umbi-umbian dengan kandungan karbohidrat cukup tinggi dapat menyebabkan keracunan bahkan mematikan bagi yang menkonsumsinya?


Gadung dalam bahasa botaninya dikenal sebagai Dioscorea hispida atau yang lebih dikenal dengan umbi hutan. Seperti halnya umbi-umbi yang lain, gadung merupakan sumber pangan yang mengandung sumber karbohidrat yang tinggi. Sebenarnya, umbi ini kalah populer, sehingga seringkali dijadikan alternatif terakhir dari sekian banyak sumber pangan lain, padahal kandungan karbohidratnya cukup tinggi.

Berita rawan pangan makin kerap datang dari berbagai penjuru tanah air. Alam tak bersahabat, sawah kering kerontang, padi pun layu tak berkembang. Berita kekeringan dan paceklik begitu mengiris. Daya beli masyarakat menurun, beras sebagai makanan pokok sudah tak terjangkau. Lantas masyarakat makan apa?

Opini yang telanjur merebak mengaitkan makan gadung dan umbi-umbi lainnya dengan rawan pangan sungguh tidak mendidik dan kontradiktif dengan upaya diversifikasi pangan. Ironis, Indonesia yang dikenal memiliki keanekaan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat, nyatanya tidak cukup ampuh memalingkan ketergantungan konsumsi kita terhadap beras.

Tidak pantas kiranya mengaitkan makan gadung dengan krisis pangan saat ini. Di tengah upaya diversifikasi pangan, selayaknya gadung ini dikedepankan dan terus digali potensinya sebagai sumber pangan pokok pengganti beras.

Berdasarkan pada kandungan karbohidratnyanya, gadung dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh. Seperti umbi-umbian lain, karbohidrat dalam gadung didominasi oleh pati. Jumlah pati yang terkandung dalam umbi gadung memang kurang dibanding sumber karbohidrat lain seperti beras, jagung maupun umbi kayu. Kandungan karbohidrat dari nasi, jagung, ubi kayu dan gadung dalam setiap 100 gram secara berurutan adalah 40,6; 34,8; 38,0; dan 29,7 gram. Meski kandungan karbohidratnya paling rendah, kebutuhan energi tubuh dapat terpenuhi bila jumlah gadung yang dimakan ditingkatkan.

Meski kandungan karbohidratnya cukup tinggi, namun ternyata gadung mengandung senyawa racun berbahaya, yaitu asam sianida (HCN) yang dapat menyebabkan keracunan bahkan dapat mematikan. Asam sianida dalam gadung dapat berbentuk bebas sebagai asam sianida (HCN) atau berbentuk terikat sebagai prekursornya.

Sebenarnya asam sianida yang kadang disebut asam biru, karena dalam jumlah tinggi tampak berwarna kebiru-biruan – atau dikenal dengan sebagai asam prusik, baru timbul saat jaringan umbi gadung dirusak, misalnya dikupas atau diiris.
Hal ini dimungkinkan karena apabila jaringan umbi dirusak, maka akan terjadi kontak antara senyawa prekursor (bakal racun), yaitu linamarin dan lotaustralin yang terkandung didalamnya dengan enzim linamarase dan oksigen, sehingga terbentuk glukosa dan sianohidrin. Nah, sianohidrin ini pada suhu kamar dan pada kondisi basa (pH>6,8) akan terpecah dengan cepat membentuk HCN dan aseton (CH3COCH3).

HCN yang terbentuk sulit larut dalam air dan relatif stabil terhadap pemanasan. Karenanya pengolahan yang kurang sempurna (malproses) dapat mengakibatkan terbentuknya residu HCN dalam gadung. Jadi, residu HCN inilah yang menjadi biang penyebab keracunan atau gangguan kesehatan.

Karenanya, solusi yang terbaik adalah dengan mengolah gadung dengan hati-hati hingga residu HCN di dalamnya hilang atau serendah mungkin. Umumnya yang terjadi di masyarakat adalah mengolah gadung dengan tergesa-gesa sehingga residu HCN didalamnya relatif masih tinggi. Bagaimana caranya?

Menghilangkan Racun
Paling tidak ada beberapa tingkatan proses untuk menghilangkan residu HCN dalam gadung atau mengolahnya untuk meminimalkan kadar racun berbahaya ini. Proses ini dilakukan dengan merebus, mengupas, mengiris kecil-kecil, merendam dalam air, menjemur hingga kemudian dimasak.

Cara yang paling mudah dan paling efektif untuk dapat mengkosumsi gadung dengan aman yaitu : Gadung dibersihkan tanpa dikupas terlebih dahulu, lalu langsung direbus dalam air mendidih selama 30 menit. Setelah dingin dikupas dengan ketebalan 2 mm kemudian direndam dengan air bersih selama 3 hari dalam ember plastik. Setelah itu dicuci hingga bersih dan keringkan atau dijemur hingga kadar air mencapai 14 persen. Gadung siap diolah menjadi berbagai jenis makanan atau dimasak langsung dengan aman.

Setelah melewati rangkaian proses ini, residu HCN dalam gadung tertinggal lebih kurang 1 – 10 mg dalam setiap kilogram gadung yang diolah. Namun dengan proses pemanasan yang cukup pada saat gadung dimasak untuk dikonsumsi, sisa residu ini dapat dihilangkan. Dengan demikian gadung menjadi aman untuk dikonsumsi dan layak sebagai bahan pangan pokok pengganti beras. *****

Peran Bioteknologi dalam Industri Kelapa Sawit

Oleh : Kabelan Kunia*

Artikel ini ditulis sebagai laporan kegiatan Kongres dan Seminar Bioteknologi Indonesia di Aula Barat ITB, 16 Oktober 2002

Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia, bahkan pada tahun 2010 Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara penghasil kelapa sawit pertama di dunia, karena penanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan tajam. Hal ini membuat Indonesia mempunyai kepentingan strategis untuk mengembangkan industri hilir kelapa sawit. Indonesia perlu mengejar ketertinggalan penerapan teknologi, khususnya terhadap kelapa sawit dan bisnis strategis di masa yang akan datang. Penelitian dan Pengembangan yang agresif perlu diimplementasikan untuk mempertahankan industri perkelapa-sawitan Indonesia guna meningkatkan daya saingnya di pasar global.

Hal ini dikemukakan oleh Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Pangan Tien R. Muchtadi dalam Kongres III Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) dan Seminar Bioteknologi 2002 di Aula Barat ITB, Kamis (10/10).

Kongres dan seminar Bioteknologi ini dihadiri tidak kurang 250 praktisi Bioteknologi dari seluruh Indonesia yang berdialog dan berdiskusi mengenai kemajuan dan perkembangan Bioteknologi di Indonesia. Tema Kongres dan Seminar ini adalah “Pengembangan Bioteknologi untuk Meningkatkan Nilai Tambah Sumberdaya Hayati”.

“Selama tahun 1999-2000, produksi minyak sawit Indonesia meningkat mencapai 12%, jauh lebih besar dibandingkan Malaysia (5,9%). Namun dengan adanya peningkatan permintaan minyak sawit dunia setiap tahunnya ditambah dengan adanya isu-isu yang muncul yang mengarah kepada persoalan penguasaan dan pemanfaatan suatu kawasan yang luas, perlu diusahakan suatu penemuan yang berpotensi untuk dapat meningkatkan produksi minyak kelapa sawit nasional”, jelas Muchtadi.

Strategi Pengembangan
Dari minyak kelapa sawit telah dipopulerkan berbagai produk turunannya dan juga dapat digunakan sebagai sumber energi yang terbaru, sehingga produksi oleokimia diharapkan dapat terus meningkat dan posisi industri oleokimia dapat memegang peranan penting pada abad 21. Masih menurut Muchtadi, kunci utama dalam perluasan industri kelapa sawit adalah dengan mengembangkan teknik-teknik baru yang menguntungkan.

Strategi pengembangan Penelitian dan Pengembangan sawit adalah: (1) Strategi peningkatan perolehan dengan memaksimalkan produktivitas penggunaan lahan, (2) Pemanfaatan biomassa dengan mengoptimalkan eksplorasi non-oil biomassa, serta (3) Strategi nilai tambah, dengan fokus pada produksi oleochemical dan phytonutriens yang berkualitas tinggi. Penelitian dan Pengembangan berperan untuk memenuhi tuntutan jaman, perdagangan, kesehatan, gizi serta dapat menyaingi produk negara pengimpor yang telah mengadakan kerjasama dengan negara tertentu untuk tidak menggunakan tarif dalam mengimpor barang (non-tariff barriers).

“Saat ini, bioteknologi termasuk teknik GMO (Genetically Modified Organism) telah menyentuh berbagai bidang kehidupan manusia dan lingkungannya. Dalam bidang pangan dan pakan meliputi: peningkatan produksi, peningkatan kualitas dan perbaikan pasca panen, serta perbaikan processing. Dengan demikian GMO dapat digunakan sebagai prospektif kemandirian atau ketahanan pangan maupun diversifikasi ekonomi suatu negara, melalui ekspor produk berlabel GMO, salah satunya yaitu minyak kelapa sawit. Kegiatan ini mencakup efisensi fertilizer, penggunaan Intensive Integrated Biological Management (IBM) untuk mengurangi penggunaan bahan kimia dan proses mekanisasi, serta untuk meningkatkan kualitas, produktivitas serta produk turunannya”, papar Muchtadi.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Pengurus Pusat Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) terpilih untuk kepengurusan 2002-2006, Achmad Saifuddin Noer dari PPAU Bioteknologi - ITB mengungkapkan, bahwa bioteknologi yang baru diperkenalkan di Indonesia pada dasawarsa 80-an mempunyai potensi yang besar untuk memberikan sumbangan dalam pemenuhan dan peningkatan kemampuan ekonomi nasional. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan kekayaan Indonesia berupa keanekaragaman sumberdaya hayati yang terbesar di dunia.

“Potensi tersebut baru terwujud apabila Bioteknologi telah mampu meningkatkan nilai tambah sumberdaya hayati Indonesia,” demikian ungkapnya di tengah penutupan kegiatan ini. Kongres III KBI dan Seminar Bioteknologi 2002 merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya meningkatkan apresiasi berbagai kalangan akan kepeduliannya untuk meningkatkan nilai tambah sumberdaya hayati Indonesia guna kemakshalatan bangsa. (Belan)

Bandung, 16 Oktober 2002
*Panitia Kongres III KBI dan Seminar Bioteknologi 2002

ASAP sama dengan TKI

Oleh : Kabelan Kunia*

Artikel belum pernah dimuat di harian manapun, karena faktor tertentu sulit untuk diterbitkan.

Seorang teman bertanya, apa perbedaan asap dengan TKI? Meski judul tulisan ini mengisyaratkan jawaban atas pertanyaan tersebut, sesungguhnya saya tidak tahu persis hubungan kedua kata yang sempat mencuat akhir-akhir ini di samping permasalahan bom di Bali yang menggegerkan seantero plus tuduhan yang menyudutkan mengenai sarang teroris yang bercokol di Indonesia oleh sang adikuasa, teroris sesungguhnya. Menurut saya dari segi makna pun kedua kata ini tidak mungkin dapat disamakan atau paling tidak dikaitkan satu sama lainnya. Celakanya, teman saya bersikeras menggali jawaban dari saya kendati dengan tegas saya mengatakan tidak dapat menjawab atas pertanyaan anehnya. Saya tahu persis, teman saya mengajukan pertanyaan dengan maksud bercanda atau iseng, namun tak ayal kepenasaranan saya tergelitik.

Setelah meminta penegasan bahwa saya benar-benar tidak tahu, teman saya ini dengan mimik serius bak komentator ulung menjawab atas pertanyaannya sendiri.

Dia berujar, asap dan TKI sama-sama made in Indonesia. Produk unggulan yang dibuat di Indonesia dan oleh orang ‘pribumi’ pula. Kemudian diekspor ke negeri tetangga atau negeri manapun yang sebenarnya tidak perlu-perlu amat dengan produk kebanggaan kita ini.

Aku tercenung dengan jawaban sahabat satu ini. Aku merenung, jikalau ekspor andalan ini meningkat setiap tahunnya, betapa kayanya bangsa ini, karena tingginya nilai ekspor, sehingga sumber devisa akan mengalir deras ke negara tercinta yang dirudung krisis. Apa lacur, ekspor yang kian gencar, tiba-tiba tertolak di berbagai negara pengimpor, utamanya negara “Bung Kecik” yang memulangkan komoditi ekspor kita. Ratusan, kalau enggan disebut ribuan TKI dipulangkan dengan rusuh ke negara asalnya.

Hidup mereka terkatung-katung. Stempel sebagai pengungsi, tak pelak membuat mereka kian terasing dan terusir. Beban begitu berat mesti terpikul dengan berat hati. Pulang ke daerah asal, bukan alternatif yang dirundukan, bahkan terlintas dalam pikiran pun tidak, karena tidak memberikan harapan yang lebih baik. Menyeberang kembali ke negara rantau, berjibun permasalahan siap menghadang. Sekurangnya ayunan cambuk ‘polis Malaysia’ siap dipecut bak kusir delman menghantam sekujur tubuh yang ringkih.

Belum usai benang kusut ketenagakerjaan kita terurai, alam pun tak pula menunjukkan kekaribannya. Panas menggeliat, hutan diberangus. Asap membumbung di jagad merah. Kelam, seantero gelap gulita dipayungi asap pekat menghitam.

Ironisnya, asap yang penuh sesak tak cukup sekedar menyelimuti dua pulau besar Sumatera dan Kalimantan saja. Asap melayang-layang di udara, hingga mengembara jauh ke negeri seberang. Asap yang kita produksi tiap tahun, karena banyaknya bahan baku berupa hutan menghijau luas, tak dinyana disambut pula dengan aksi protes dan kecaman yang mendalam dari negeri sahabat. Saya enggan mengatakan efek dari ekspor asap yang makin gencar, maka ekspor andalan yaitu, TKI distop bahkan yang sudah ada dikembalikan dengan aniaya.

Tak habis pikir, konon katanya negara kita memiliki kekayaan akan sumber daya alam (sebenarnya saya tidak terlalu suka dengan pernyataan ini, karena selama ini membuat kita terbuai dan lupa diri), hutan subur merimba, air jernih mengalir dan manusia yang berjibun hingga ratusan juta bilangannya. SDA yang potensial tak kita gali potensinya. Namun hutan yang lebat kita babat, air yang jernih dibuat keruh, manusia sebagai sumber daya tidak kita berdayakan.

SDM meruah, berbanding terbalik dengan SDA yang kian terkikis. Akibatnya dengan dalih sumber devisa, SDM kita ‘jual’ dengan harga murah karena desakan perut yang keroncongan.
Hutan sebagai potensi alam dan penyeimbang alam raya, dibumi-hanguskan secara semena-mena. Asap melambung dan mengembara serta menyeruak kemana-mana.

Karenanya kita dipermalukan dua kali. Asap, sebenarnya bencana yang seringkali terjadi dan kerap membuat isu besar tahunan sejak 1997. Anehnya seringkali kejadian ini menimpa, kita kerap kali lupa menangani, malah semakin membuat kita malu, karena tidak bisa atau kita berlaku seperti tak terjadi apapun. Akhirnya musibah seperti tak aneh, lumrah dan biasa saja bilamana berulang menimpa. Sistem imun kita bekerja cepat sekali. Begitu kejadian bencana datang, seringkali hadirnya membuat kita kebal dan nyaris tak terusik. Kita tak hirau dengan orang lain yang terusik.

Celakanya kita balik menuding dan mencari kambing hitam. Lagu lama disenandung, sementara para pengungsi di Nunukan menjerit, lapar dan dahaga bahkan buang air pun sudah tak mampu. Inilah potret rendahnya martabat negara dan bangsa Indonesia di mata dunia. Kita sendiri yang telah merendahkan martabat negara dan bangsa dengan ditandai lambatnya respons pemerintah mengatasi kejahatan proses deportasi dan ‘legalisasi’ praktek perbudakan anak bangsa.

Umur kemerdekaan belum berhasil mengikis budaya perbudakan. Gampang sekali kita membeli nyawa dengan harga yang tak terkonversi oleh dolar. Perasaan keringat mereka makin deras mengucur dengan imbalan tak layak. Terlalu berat taruhannya.

Secara emosional kita menuding dan mempersalahkan pemerintah Malaysia. Karakter nepotis dan sentimental terekspresi, “masak sih, Malaysia yang satu rumpun dan tetangga, tega-teganya mengusir dan mengayun cambuk kepada warga kita di sana. Bukankah orang-orang kita telah menggairahkan perekonomian negara mereka. Sebagai buruh, mereka berjasa
menjalankan pabrik-pabrik. Pun sebagai PRT, mereka berperan menjaga rumah dan makin mengangkat simbol kebangsawanan rakyatnya”.

Rupanya cermin telah banyak kita pecahkan. Bom di berbagai tempat telah meluluh-lantakkan rangkaian cermin hingga berkeping-keping. Karenanya kita sangat jarang bahkan kerap absen untuk berkaca. Wajah bangsa yang kusut, sumpek dan jarang mandi sulit teramati. Tak ayal membuat kita lupa diri, angkuh dan merasa tidak pernah salah sedikit pun. Pasti selalu ada yang mesti salah. Selanjutnya, kita tak pernah berubah !

Sesungguhnya asap dan TKI benar-benar telah menjatuhkan derajat dan martabat kita sebagai bangsa. Semuanya adalah musibah dan bencana yang cikalnya telah kita awali. Seyogyanya kita renungi bersama. Mulailah kita menyusun dan menata cermin dalam barisan yang sepatutnya. Ketika bencana telah melanda, hendaknya kita mulai berkaca, mengamati kesalahan, kelalaian bahkan kebodohan kita sepanjang waktu terurai.

Bercermin pun kiranya tak cukup untuk membabat masalah yang tumbuh subur di lahan kering kerontang. Niat untuk bersikap lebih jujur dan bertangung-jawab sebagai bangsa kiranya patut kita tumbuh kembangkan untuk meredam emosi bangsa yang kian tercabik-cabik. *****

*)Kabelan Kunia, Researcher at Biotechnology Research Center ITB.

Ingin Cantik? Konsumsi Alpukat

Oleh : Kabelan Kunia

Artikel ini telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat, September 2003

Beratus- ratus tahun lamanya suku- suku kuno bangsa Indian, seperti Aztec, Maya dan Inca percaya bahwa alpukat berpengaruh baik terhadap kulit, baik dikonsumsi langsung maupun digunakan pada kulit.

Kini, lewat ilmu pengetahuan, terbukti bahwa alpukat memang kaya vitamin, mineral dan minyak alami. Lebih lengkapnya, alpukat banyak mengandung vitamin A, C dan E, zat besi, potasium, niasin, asam pantotenik serta protein yang tidak biasanya terdapat dalam buah. Semua zat ini berguna bagi keindahan dan kesehatan kulit.

Alpukat termasuk buah yang memiliki khasiat bagi kecantikan. Daging buahnya bisa digunakan untuk melembapkan rambut dan juga sebagai masker wajah.

Tapi, ternyata khasiat alpukat tidak hanya sebatas pada daging buahnya saja. Kulitnya pun bisa digunakan sebagai pelembap yang sekaligus mampu mempertahankan foundation dan bedak tetap awet di wajah.

Bagian dalam kulit alpukat mengandung humectant, yaitu sejenis substansi pelembap kulit. Sedangkan getahnya berfungsi sebagai 'perekat' yang dapat mempertahankan foundation sehingga bedak melekat awet di wajah. Gosokkan secara lembut ke seputar wajah dan biarkan selama 15 menit. Setelah itu basuhlah wajah menggunakan air dingin. Lakukan malam hari sebelum Anda tidur, karena malam hari adalah waktu yang tepat bagi kulit untuk bekerja. Wajah yang terjaga kelembapannya membuat make- up bertahan lama.

Beberapa resep kecantikan praktis berikut ini bisa diolah sendiri di rumah. Haluskan setengah buah alpukat matang lalu campurkan dengan 1 butir kuning telur dan setengah cangkir susu. Aduk rata. Gunakan sebagai susu pembersih. Gunakan toner sesuai jenis kulit wajah sesudahnya.

Mata lelah atau sembap, kupaslah alpukat lalu potong tipis- tipis menyerupai lempengan. Kemudian digunakan untuk menutupi mata yang lelah atau sembap. Diamkan selama 20 menit. Bersihkan sisa alpukat yang menempel dengan air dingin.

Eksfoliator (mengelupas kulit mati), campurkan 1 buah alpukat, 1 butir putih telur, 1 sendok makan perasan lemon dan 2 sendok makan oatmeal dalam mangkuk kecil. Aduk hingga rata dan benar-benar halus. Oleskan pada telapak tangan hingga pergelangan tangan. Diamkan selama 20 menit lalu bilas dengan air hangat. Oatmeal berfungsi sebagai

Menghaluskan Kulit, buah alpukat dilumatkan, balurkan pada wajah dan tangan yang sudah dibersihkan dengan air hangat selama sekitar 30 menit.

Kulit Kering, sebuah alpukat dilumatkan sampai halus, balurkan merata pada wajah, setelah kering cuci wajah dengan air hangat, lalu oleskan wajah dengan es batu. (Belan)****

Hidup Sehat dengan Alpukat

Oleh : Kabelan Kunia

Artikel ini telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat, September 2003

Buah alpukat yang kita kenal, karena memiliki daging buah yang tebal dan enak dinikmati ketika dibuat jus, ternyata menyimpan berbagai khasiat penyembuhan sebagai obat. Buah ini dengan mudah dapat dijumpai di pasar tradisional, pedagang buah di pinggiran jalan hingga di supermarket dengan harga yang terjangkau.

Daging buah yang tebal dan lunak dengan warna kekuningan dijumpai mineral zat besi yang berfungsi mencegah anemia dan untuk regenarasi darah. Terdapat juga magnesium dan kalsium yang membantu pertumbuhan tulang dan gigi. Kandungan vitamin E membantu mencegah penuaan dini, “penyakit” yang sangat ditakuti manusia modern. Begitupun dengan vitamin C-nya yang memperkuat pertahanan tubuh, sedang kandungan vitamin B6 membantu metabolisme dalam tubuh.

Berbagai manfaat bisa didapat dari alpukat, baik buah maupun daunnya. Para peneliti dari Shizuoka University, Jepang misalnya, menemukan manfaat buah alpukat dalam mengurangi kerusakan hati, termasuk juga kerusakan akibat virus hepatitis.

Lemak Tak Jenuh
Buah Alpukat (Persea americana) dengan ukuran sedang mengandung 30 gram lemak. Karenanya buah yang menggiurkan ini seringkali dituding sebagai penyebab gemuk, karena meningkatkan kolesterol darah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa lemak yang terkandung dalam buah alpukat aman dan malah menyehatkan. Hal itu karena sekitar 63 persen unsur penyusunnya adalah asam lemak tidak jenuh, terutama asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA, monounsaturated fatty acids).

Dengan kandungan asam lemak tak jenuh tunggal dalam alpukat, maka sama sekali tidak membuat tubuh menjadi gendut bila mengkonsumsinya. Bahkan asam lemak ini memiliki efek positif bagi tubuh. Menyisipkan asam lemak tak jenuh tunggal dalam program diet sehari-hari dapat menghemat kalori dan mengurangi lemak jenuh dari dalam tubuh.

Diet rendah lemak, sering menurunkan kolesterol HDL (high density lipoprotein), namun diet dengan alpukat yang kaya MUFA dapat menurunkan kadar kolesterol “jahat”, LDL (low density lipoprotein) yang merugikan kesehatan darah, tanpa menurunkan kadar HDL. Lemak MUFA juga mempunyai aktivitas antioksidan yang menjaga tubuh dari kerusakan arteri akibat keganasan kolesterol LDL. Alpukat dapat melindungi arteri dari kerusakan oksidatif dan mengamankan kolesterol sehingga tidak menjadi ganas dan berbahaya.

Alpukat dan HIV/AIDS
Dari berbagai manfaat yang terkandung dalam alpukat, khasiat yang cukup mengejutkan adalah manfaat alpukat sebagai penyembuh penyakit HIV/AIDS. Ada beberapa faktor yang membuat buah alpukat sehat untuk orang-orang yang terserang HIV/AIDS. Pertama, sumber energi, terutama lemak yang aman. Alpukat merupakan salah satu buah yang tinggi kadar lemaknya, sekitar 16 persen.

Kedua, orang-orang dengan HIV/AIDS memerlukan masukan vitamin dan mineral yang kuantitasnya cukup dan kualitasnya baik. Alpukat mengandung vitamin A dan karoten yang baik. Dalam 100 gram buah alpukat terkandung sekitar 300 - 400 IU vitamin A, dan sekitar 165 mikrogram karoten. Terkandung pula tiamin, riboflavin, dan niasin, yang tergolong vitamin B-kompleks. Kadar vitamin C alpukat cukup baik, sekitar 14 mg per 100 gram buah alpukat.

Ketiga, buah alpukat mengandung kadar glutation tertinggi di antara buah-buahan, yaitu 21 mg per 100 gram buah segar. Senyawa glutation tersebut berfungsi sebagai unsur pertahanan tubuh dari berbagai serangan zat penghancur di dalam tubuh. Ia berfungsi sebagai antioksidan, bersama vitamin C, E, dan karoten, dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Glutation dilaporkan berfungsi sebagai zat antikanker yang dapat menonaktifkan sedikitnya 30 zat penyebab kanker. Glutation juga membantu menghambat kerusakan tubuh akibat senyawa beracun, misalnya bahan pencemar lingkungan seperti pestisida, logam-logam berat (timah), yaitu dengan cara menawarkan racun tersebut lalu membuangnya lewat sistem pembuangan (feses, urin, atau keringat).

Hal yang menggembirakan adalah diketahui bahwa glutation berfungsi sebagai penyembuh AIDS. Kenyataan ini terungkap berdasarkan hasil penelitian Dr Alton Meister dari Universitas Cornell, AS. Meister menemukan bahwa glutation menghentikan penyebaran atau reflikasi virus HIV secara in vitro. Makin banyak senyawa glutation yang ditambahkan makin besar efeknya mengurangi penggandaan virus.

Berdasarkan ketiga alasan di atas, maka alpukat cukup baik digunakan sebagai menu harian bagi penderita HIV/AIDS ini. Pemenuhan sumber energi, vitamin dan mineral yang terkandung dalam alpukat dapat membantu meringankan beban penderita penyakit yang menguras energi dan menghambat kerja antibodi tubuh ini.

Demikianlah sekelumit ragam manfaat alpukat untuk memelihara kesehatan kita. Tingginya kandungan zat berguna dalam buah ini serta rasanya yang memang enak, terutama saat dibuat jus, maka tidak diragukan lagi buah ini menjadi salah satu buah primadona yang mesti dikembang dan dibudidayakan secara serius.

GARUT : Sumber Pangan Alternatif

Oleh Kabelan Kunia

Artikel ini tleah diterbitkan di Harian Pikiran Rakyat, Minggu, 20 Desember 2001

KRISIS berkepanjangan di negeri ini menyebabkan berbagai permasalahan yang tak kunjung reda. Urusan perut menjadi persoalan yang mendominasi dan amat memprihatinkan. Berbagai daerah dilaporkan menjerit kelaparan dan kekurangan stok pangan.

Produksi pangan semakin menurun seiring dengan gagalnya panen di beberapa lokasi pertanian akibat hama dan banjir. Ditambah lagi pola musim yang tidak beraturan akibat gejala alam el Nino dan La Nina. Permasalah semakin menggila manakala areal untuk bercocok tanam kini tergilas habis oleh aktivitas industri dan perumahan.

Permasalahan yang paling dirasakan oleh petani sebagai ujung tombak pemenuhan bahan pangan adalah semakin melonjaknya harga pupuk yang berbanding terbalik dengan harga gabah maupun beras di pasaran.

Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan yang menghambat pemenuhan kebutuhan pangan pokok nasional adalah diversivikasi pangan. Diversivikasi pangan dapat dilakukan dengan memanfatkan sumber bahan pangan alternatif baik itu berupa tepung dan bahan pangan pokok lainnya. Pemanfaatan tepung untuk substitusi bahan pangan pokok sumber karbohidtrat dan pembuatan produk pangan olahan dapat menghambat konsumsi bahan pangan pokok beras dan terigu.

Bahan pangan pokok atau penggantinya, paling tidak harus memenuhi tiga syarat utama yaitu, sebagai sumber energi, bisa diterima atau enak (palatable) dan aman untuk dikonsumsi.
Berbagai bahan pangan pokok yang dikenal luas sebagai sumber karbohidrat misalnya padi, jagung, gandum dan ketela pohon. Di tanah kita yang subur ini menyimpan beragam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat di samping tanaman di atas. Salah satu dari bahan pangan alternatif tersebut adalah Garut (Maranta arundinacea L).

Biologis Garut
Garut (Maranta arundinacea L) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan. Tumbuhan ini dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh dengan kadar karbohidratnya yang cukup tinggi.

Nama tumbuhan garut ini tampaknya tidak memiliki hubungan dengan nama kota Garut, meskipun habitat tumbuhan ini cukup banyak terdapat di beberapa daerah di kabupaten Garut. Garut adalah nama Indonesia yang berasal dari kata “arrow-root” yang kemudian menjadi arirut dan akhirnya lebih dikenal dengan nama garut. Kata “arrow-root” berarti akar panah, diduga karena rimpang tumbuhan ini dulunya bisa digunakan sebagai obat untuk luka akibat terkena anak panah beracun. Kemungkinan lain karena bentuk rimpangnya mirip dengan kepala anak panah.

Asal tumbuhan ini diduga dari Amerika Tengah dan wilayah utara Amerika Selatan. Garut termasuk dalam Devisi Magnoliophyta dan merupakan anggota besar suku Marantaceae.
Garut tumbuh setinggi 1-1,5 m dan memiliki perakaran dangkal dengan rimpang yang tebal dan berserat menembus ke dalam tanah. Bentuk rimpang ada yang panjang dan ramping, ada pula yang lebih pendek dan agak gemuk. Warna rimpang umumnya putih bersih. Rimpang berukuran panjang 20-40 cm yang terbungkus pelepah tipis. Daun berbentuk lanset, panjangnya sekitar 20 cm dan lebarnya sekitar 10 cm. Bunga berwarna putih, terbentuk setelah berumur 3 bulan, tapi jarang membentuk biji.

Garut dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi hingga 1.000 m.dpl. Curah hujan tahunan minimum yang dibutuhkan adalah 1.500-2.000 mm, tetapi dengan 1-2 bulan kering sepanjang tahun. Tubuhan ini dapat tumbuh pada areal yang ternaungi oleh tumbuhan lain dan pada semua jenis tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi, pH sekitar 5-8 dengan tekstur berpasir.

Nilai Gizi dan Pengolahan
Pemanfaatan utama dari tumbuhan Garut ini adalah untuk menghasilkan amilum yang sangat mudah dicerna. Amilum memiliki sifat konsistensi halus dan daya lekat yang tinggi.

Berdasarkan berat kering, rimpang tumbuhan ini mengandung 1-2% protein. Setiap 100 gram tepung farin (terigu) garut mengandung energi 355 kalori dengan komposisi yang terdiri atas protein 0,7 gr, lemak 0,2 gr, karbohidrat 85,2 gr, kalsium 8 mg, fosfor 22 mg, besi 1,5mg, vitamin B1 0,09 mg dan air 13,6 gr.

Dilihat dari kandungan karbohidratnya, garut memadai sebagai pengganti sementara makanan pokok. Seperti umbi-umbian lainnya, karbohidrat dalam garut didominasi oleh pati. Jumlah pati yang dikandung dalam umbi garut memang kurang dibandingkan sumber karbohidrat dari sumber lain seperti beras, jagung, maupun ubi kayu.

Pemanfaatan garut sebagai sumber pangan umumnya diproses terlebih dahulu menjadi tepung garut. Namun garut dapat juga dikonsumsi dengan cara merebus rimpangnya dengan ditambah sedikit garam. Garut yang telah direbus ini dapat langsung dimakan seperti layaknya umbi-umbian rebus umumnya. Garut rebus ini rasanya manis dan renyah sangat cocok dinikmati dengan secangkir teh panas.

Proses pembuatan tepung garut cukup mudah dilakukan. Rimpang yang baru dipanen kemudian dikupas kulitnya. Setelah dicuci bersih dengan air, lalu garut diparut dengan halus. Kemudian tambahkan air dengan perbandingan 1:2 (g/cc) ke dalam wadah garut yang telah diparut halus. Garut yang telah diparut dimasukkan ke dalam kain saring yang bersih, lalu diperas kainnya hingga menghasilkan filtrat (air saringan).

Filtrat (air perasan) kemudian didiamkan sampai terbentuk endapan. Air bagian atas dibuang dan endapan diambil lalu dijemur. Begitupun dengan garut yang telah diperas airnya yang terdapat pada kain saring, dikeringkan dengan cara dijemur di panas matahari. Pengeringan ini dapat juga dilakukan dengan memasukkan ke dalam oven hingga kadar air benar-benar tidak ada lagi.

Setelah benar-benar kering, tepung garut kemudian diayak, sehingga akan didapatkan tepung yang halus. Sisa yang belum halus kemudian ditumbuk ulang lalu diayak kembali. Tepung garut yang halus ini siap untuk digunakan sesuai dengan selera. Berbagai jenis makanan dapat dibuat dengan menggunakan tepung ini.

(Kabelan Kunia, Peneliti Biotechnology Research Center - ITB)

Senin, November 17, 2008

Sehat Bersama Yogurt

Oleh: Kabelan Kunia
Artikel ini telah dimuat di Harian Sriwijaya Post, Palembang, Minggu, 10 November 2002

SEBAGIAN dari kita telah mengenal yogurt, setidaknya pernah mendengar istilahnya meski belum pernah mencoba merasakan segarnya minuman ini. Saat hal utama yang membuat yogurt istimewa dan menarik serta mudah dikenal adalah khasiatnya bagi kesehatan, seolah-olah yogurt sudah dicap sebagai minuman kesehatan.

Walaupun yogurt tidak sepopuler di negara barat khususnya masyarakat Eropa dan Amerika, terutama Belanda, Perancis dan Swiss, namun di Indonesia, minuman ini sangat mudah kita dapati di berbagai pasar swalayana bahkan di warung pojokan jalan pun banyak kita temui dengan berbagai kemasan, warna dan cita rasa yang khas.

Istilah “yogurt” berasal dari bahasa Turki, yang berarti susu asam. Yogurt didefinisikan sebagai bahan makanan yang berasal dari susu dengan bentuk menyerupai bubur atau es krim, yang rasanya asam.

Yogurt dibuat melalui proses fermentasi dengan melibatkan dua jenis bakteri “baik”, yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Kedua bakteri ini tergolong dalam bakteri asam laktat, karena kemampuannya menguraikan laktosa menjadi asam laktat. Adanya asam laktat inilah yang menyebabkan yogurt menjadi asam. Proses fermentasi menyebabkan kadar laktosa dalam yogurt menjadi berkurang dan sebaliknya kandungan asam laktat menjadi bertambah, sehingga menimbulkan rasa asam.

***

Sesungguhnya manfaat yogurt sebagai minuman kesehatan bukan berarti baru lagi, bahkan sejak dulu orang sudah meyakini bahwa yogurt memiliki banyak khasiat. Bangsa India meyakini yogurt sebagai obat perut mujarab utamanya untuk meredakan gangguan penceraan yang umum dan mengembalikan keseimbangan tubuh. Wanita-wanita di Persia memanfaatkan yogurt untuk wajah dan percaya dapat menghilangkan keriput serta dapat menjaga kecantikan. Jika disimak, daftar khasiat yogurt yang dipercayai orang cukup panjang, mulai dari perawatan kulit, menetralkan racun, mengurangi sulit tidur (insomnia), mencegah diare, menambah kebugaran, hingga mencegah kanker, radang paru-paru dan memperkuat jantung.

Seperti telah dikemukakan di muka, bahwa yogurt dibuat dengan bantuan dua jenis bakteri menguntungkan, satu dari keluarga lactobacillus yang berbentuk batang (Lactobacillus bulgaricus) dan lainnya dari keluarga streptococcus yang berbentuk bulat (Streptococcus thermophilus). Kedua bakteri yogurt ini merupakan bakteri penghasil asam laktat yang penting peranannya dalam percaturan mikroflora usus. Saat bertumbuh di usus, kedua bakteri ini mampu menciptakan keadaan asam yang menghambat bakteri lain. Bakteri penyebab penyakit yang umumnya tak tahan asam tidak mampu bertahan di lingkungan bakteri yogurt. Sehingga, mikroflora dalam usus didorong mendekati keadaan seimbang yang normal.

Karena itu umumnya sehabis menjalani pengobatan dengan antibiotika, misalnya, dokter menganjurkan pasien meminum yogurt. Tujuannya untuk memulihkan keseimbangan mikroflora usus. Inilah salah satu keuntungan yang ditawarkan oleh bakteri yogurt. Lebih daripada itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa bakteri dalam yogurt dan susu fermentasi lain memberi ekstra manfaat bagi kita.

Sejumlah ahli membeberkan beberapa manfaat yang dapat dipetik dari konsumsi yogurt bilamana dilakukan secara teratur, antara lain; 1) Yoguhurt dapat menghasilkan zat-zat yang diperlukan oleh hati sehingga berguna untuk pencegahan penyakit kanker, 2) Mikroba pada yogurt bermanfaat untuk proses pencernaan di dalam tubuh, sehingga baik sekali dikonsumsi bagi mereka yang memiliki masalah perut yang tidak beres. 3) Yogurt memiliki gizi yang tinggi bahkan lebih tinggi dibandingkan susu segar. Kandungan lemak lebih rendah, sehingga cocok bagi mereka yang sedang menjalankan program diet rendah kalori. 4) Yogurt memproduksi vitamin tambahan, meningkatkan nilai gizi serta membantu pertumbuhan. 5) Yogurt sebagai minuman yang berfungsi sebagai antimikroba yang mampu melawan mikroba “jahat” di dalam tubuh. 6) Yogurt mampu mengurangi kolesterol, karena selama pertumbuhannya bakteri yogurt menyerap sejumlah zat kolesterol ke dalam selnya. Penyerapan ini dapat terjadi di usus kecil dan membantu mengurangi kolesterol dalam darah, sehingga dapat menghindari gejala penyakit jantung koroner. 7) Memerangi kanker dan tumor serta meningkatkan kekebalan tubuh. 8) Lebih ekstrim lagi, karena kemampuan di atas, maka yogurt diyakini mampu memperpanjang umur.

Terlepas dari “sakti-tidaknya” bakteri yogurt, soal gizi yogurt sendiri tak perlu diragukan. Sebab yogurt dibuat dari susu, yang terkenal padat dengan zat gizi. Meski, seperti halnya susu, yogurt tidak mengandung vitamin C dan zat besi dalam jumlah cukup untuk kebutuhan tubuh, tapi yogurt merupakan sumber yang baik untuk protein, fosfor, kalsium, megnesium, dan juga kalori.

Bakteri yogurt menawarkan banyak manfaat, tapi manfaat tersebut ada selama bakteri dalam yogurt masih hidup dan aktif. Saran Dr McGill, Profesor dari Mayo Medical School Minesotta, apabila membeli yogurt, pastikan bahwa kita memilih merk dengan label yang menerangkan bahwa produk tersebut mengandung kultur aktif yang masih hidup. Dengan kultur hidup, setelah masuk ke dalam usus, kultur yogurt itu langsung aktif dan mulai bekerja memecah laktose menghasilkan asam laktat.

McGill menambahkan, hindari mengkonsumsi yogurt yang sudah dibekukan, karena terlalu sedikit bakteri yang masih berfungsi, sehingga tidak akan didapatkan manfaat yang diharapkan dari minuman ini. Demikianlah, jika sebagian besar bakteri yang telah mati, yogurt menjadi tak lebih dari sekedar minuman susu yang bergizi.

Di samping itu manfaat yogurt akan terasa bilamana kita mengkonsumsinya secara teratur. Jadi minumlah yogurt dalam jumlah cukup dengan teratur. Biasakan untuk menghantam usus dengan yogurt setiap hari. Jangan mengharapkan keajaiban hanya dengan meminum yogurt satu kali saja -- yogurt bukan obat kuat atau doping! Di samping itu pedoman hidup sehat senantiasa kita pegang teguh, yakni dengan perbaikan gaya hidup, makan yang cukup dan seimbang, menghentikan kebiasaan merusak seperti merokok dan minum alkohol, dan berolahraga ringan secara teratur.

Dengan demikian mudah-mudahan khasiat yogurt benar-benar terasa dan kita akan merasakan manfaat yang terkandung dan tubuh menjadi sehat selalu.