Minggu, Juli 31, 2011

Silaturahim : Indahnya Kebersamaan

Kebersamaan Keluarga dengan Makan Bersama

Besok Senin, 01 Agustus 2011 umat Muslim seluruh dunia akan menjalankan ibadah Shaum Ramadhan selama sebulan penuh. Ramadhan merupakan bulan suci untuk meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT. Bulan Ramadhan juga merupakan satu momen untuk pengendalian diri dan mempererat tali silaturahim dan kebersamaan.  

Memang sangat indah dan bermakna ketika Ramadhan dijalankan bersama-sama dengan keluarga dan kerabat terdekat. Mudahan-mudahan Ramadhan kali ini merupakan bulan terbaik yang terimplementasikan dalam diri kita untuk memperkuat tali silaturahim dan kebersamaan dalam keluarga dan sesama.


Kebersamaan Keluarga dengan Bermain Bersama

Sifat amanah atau kejujuran bisa didapatkan lewat ibadah puasa. Manfaat ibadah puasa akan kita bawa dalam kehidupan sehari-hari. Lewat puasa juga kita dilatih melakukan dan mempererat rasa kasih sayang antara sesama dan semua mahluk Nya. Indahnya kebersamaan terbalut sifat amanah dan hati yang mengutamakan kejujuran. Sifat amanah dan hati yang jujur dapat dengan mudah dan ikhlas membangun kebersamaan dengan semua orang dalam aktivitas kehidupan. Tidak akan ada kecurigaan, ketakutan, kemarahan, kebencian dan dendam dalam pergaulan antar sesama.

Kebersamaan Keluarga dengan Rekreasi Bersama


Silaturahim bukan hanya ditandai dengan saling berbalasan salam tangan atau memohon maaf belaka. Bila mencermati dari asal katanya, yakni shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang, maka silaturahim dapat diartikan sebagai menghubungkan kasih sayang antar sesama. Silaturahim juga bermakna menghubungkan mereka yang sebelumnya terputus hubungan atau interaksi, dan memberi kepada orang yang tidak memberi kepada kita.


Kebersamaan Keluarga dengan Berkumpul Bersama
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahim karena silaturrahim itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta, serta dapat memperpanjang umur."

Betapa pentingnya silaturahim dalam hubungan antar sesama, Rasulullah saw berpesan “Sayangilah apa yang ada di muka bumi, niscaya Allah dan semesta alam akan menyayangimu” (H.R Tirmidzi), yang dapat diartikan bahwa hak saling berkasih sayang dan silaturahim tidak terbatas pada kerabat, tetapi sesama makhluk ciptaan Allah SWT.


Kebersamaan Keluarga dengan Bergembira Bersama
Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahim.” Sudah ada balasan dari Allah bagi orang yang bersilaturahim yaitu surga, dan sebaliknya bagi orang yang memutuskan tali silaturahim yaitu neraka!!. Begitu besarnya balasan Allah sehingga begitu besar juga cobaan yang akan dihadapi. 

Silaturahim adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. Dengan terhubungnya silaturahim, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik. Semoga kita bisa meraih surga Nya dengan membina silaturahim antar sesama, Amin (Kabelan Kunia/31/07/2011)
Wallahu A’lam

Minggu, Juli 17, 2011

Menikmati Keindahan Taman Narmada di Lombok

MATARAM – Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, memiliki sejuta keindahan sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia. Selain pantainya yang eksotis, banyak tempat-tempat yang bisa dikunjungi bila kita berkunjung ke pulau ini, salah satunya adalah Taman Narmada.

Pertama kali berkunjung ke Pulau Lombok, penulis tidak melewatkan untuk mengunjungi Taman Narmada (Narmada Park) yang terletak di Lembuah Desa, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, sekitar 10 kilometer sebelah timur Mataram, Nusa Tenggara Barat. Indah, luas, terawat dan mengagumkan...!!! Demikian kesan pertama saat pertama  menginjakkan kaki di taman dengan luas sekitar 2 hektar ini.


Di tengah kolam terdapat air mancur yang disebut "Pemuda Fountain"
Konon, taman ini dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok yang bernama Anak Agung Ngurah Karang Asem. Taman Narmada digunakan sebagai tempat upacara Pakelem yang diselenggarakan setiap lima tahun penuh Caka bulan (Oktober-November). Selain upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan selama musim kemarau (www.wartanews.com).

Taman ini dibangun menyerupai keindahan Gunung Rinjani yang digunakan sebagai tempat peristirahatan raja. Narmada bagi umat Hindu adalah air yang memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini. Nama Narmada digunakan untuk menamai mata air yang membentuk beberapa kolam.

Di Taman Narmada ada beberapa bagian seperti gerbang utama, jabalkap, telaga kembar, gapura gelang, mukedes, telaga padmawangi, balai loji, balai terang, patandaan, bangunan sakapat, balai bancingah, Pura Kelasa dan Pura Lingsar.

Arena permainan flying fox yang yang membentang di Telaga Padmawangi.
Di dalam taman ada juga sebuah air mancur yang disebut "Pemuda Fountain" yang dikatakan air tersebut berasal dari Gunung Rinjani dan dipercaya untuk membuat seseorang tetap awet muda sehingga disebut Air Muda. Sumber mata air ini, pernah diteliti dan ternyata memiliki kandungan mineral cukup tinggi. Uniknya, dari sumber mata air ini, berapapun jumlah yang diambil setiap hari, tidak akan pernah habis, padahal sumber mata airnya sangat kecil sekali.


Taman indah ini dibuka untuk umum dan menjadi pusat rekreasi yang selalu ramai. Aku dan paman yang menjadi guide gratis kebetulan masuk ke sini masih sangat pagi, sekitar jam 08.00 WITA. Jadi, kami adalah pengunjung pertama yang masuk. Karena paman dikenal sebagai warga yang dekat dengan lokasi taman, tiket masuk kami digratiskan, hehe... Sebenarnya biaya tiket masuk taman ini sangat murah, hanya Rp 5.000, sedangkan untuk turis asing dikenakan biaya masuk sebesar Rp 10.000.

Di dalam Taman Narmada, kami dapat menikmati keindahan taman yang didominai oleh kolam air yang masih terlihat cantik dan alami. Konon katanya kolam ini digunakan sebagai tempat pemandian bagi raja dan selirnya. Dan ada juga merupakan salah satu kolam renang dilengkapi dengan berbagai permainan air. Dari ketinggian di pinggir kolam besar, membentang tali  baja sepanjang 200 meter untuk arena permainan flying fox yang yang membentang di telaga padmawangi. Dengan adanya sarana flying fox ini pengunjung, terutama anak-anak tidak hanya melihat sekeliling taman dan kolam semata, tapi juga bisa menikmati kesejukan air dan keindahan kolam dari atas tali gantungan flying fox.

Kami menysuri sisi Telaga Padmawangi hingga ke bagian belakang area taman. Di sini kami melintasi kebun Manggis yang tinggi menjulang. Kebetulan batang manggis belum berbuah. Pada bagian luar area belakang kebun manggis, kami mendapati semacam saluran pipa yang dibangun Belanda saat itu.
Kebun Manggis di bagian belakang Taman Narmada
Saluran pipa yang terbuat dari beton dan jumlah ada sepasang dengan panjang tidak kurang dari 200 Meter membentang dari bukit (ada sungai) sebelah Utara, kemudian menurun lalu  mendaki hingga bukit sebelah Selatan. Di bagian Selatan terdapat sungai kecil dan perkampungan. Konon, saluran air ini dibangun Belanda untuk mensuplai air ke sungai kecil di perkampungan sebelah Selatan yang kekurangan air.

Pipa beton sebagai saluran air
Tahun lalu, kata mang Jaja, obyek wisata bersejarah ini, mulai dipoles Pemda untuk menarik minat wisatawan berkunjung, mulai dari penambahan arena bermain bagi anak-anak, sampai penyajikan outbond, lengkap dengan flying fox termasuk pula wisata kuliner berupa sate bulayak yang menjadi ciri khas masyarakat Mataram. Di bagian luar gerbang utama, banyak sekali dijual cendera mata khas Pulau Lombok. Suasana masih pagi, belum banyak pedagang yang berjualan, aku urung membeli ole-ole untuk dibawa pulang.

Sekitar satu jam kami menikmati keindahan peninggalan sejarah masa lalu berupa taman nan indah, Taman Narmada. Yuk...liburan ke Lombok sambil menikmati keindahan yang disajikan alam nan asri! Suatu saat aku harus kembali ke sini lagi...!! (Kabelan Kunia/Lombok)

Selasa, Juli 05, 2011

Family Vacation on Solo

Setelah menempuh perjalanan 2 jam lebih dari Kota Yogyakarta, menjelang Maghrib kami tiba di Kota Solo nan eksotis. Tujuan pertama kami adalah mencari hotel untuk menginap semalam di sini. Secara perlahan mobil kami menyusuri keramaian Kota Solo hingga tanpa terasa sudah tiba di Bangunan tua, di lingkungan Keraton Solo. Kami berhenti sejenak, sembari bertanya ke Tukang Becak yang menunggu penumpang di lingkungan Keraton tua ini.

Keraton Kasunan Surakarta (Sumber Wikipedia.com)
Keraton Kasunan Surakarta terletak di pusat kota Solo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Pembangunan keraton dilakukan dari tahun 1743 hingga 1745. Konstruksi bangunan keraton menggunakan bahan kayu jati yang diperoleh dari Alas Kethu di dekat kota Wonogiri.

Keraton (Istana) Surakarta merupakan salah satu bangunan yang eksotis di zamannya. Salah satu arsitek istana ini adalah Pangeran Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga menjadi arsitek utama Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pola dasar tata ruang kedua keraton tersebut (Yogyakarta dan Surakarta) banyak memiliki persamaan umum. Keraton Surakarta sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang ini tidaklah dibangun serentak pada 1744-45, namun dibangun secara bertahap dengan mempertahankan pola dasar tata ruang yang tetap sama dengan awalnya. Pembangunan dan restorasi secara besar-besaran terakhir dilakukan oleh Susuhunan Pakubuwono X (Sunan PB X) yang bertahta 1893-1939. Sebagian besar keraton ini bernuansa warna putih dan biru dengan arsitekrur gaya campuran Jawa-Eropa (Wikipedia.com)

Malam ini kami menghabiskan malam di Kota Solo. Setelah diantar oleh Tukang Beca yang baik hati ke sebuah hotel sederhana di sekitar jalan utama Jl. Slamet Riyadi dengan akses terdekat ke Keraton Solo, Pasar Klewer dan pusat keramaian lainnya, kami dijanjikan untuk diantar ke Warung Bakso Ulat Alex yang terkenal di Solo, paling rame dan enak katanya. Setiba di lokasi, ternyata warung bakso sudah mau tutup, karena habis...!! Akhirnya kami diantar lagi ke warung bakso yang lainnya, dan masih buka dan juga ramai sekali. Dengan harga cuma Rp 9.000 per porsi, kami menikmati kuliner malam ini dengan antusias dan mengenyangkan.

Pagi yang cerah. kami mulai mengelilingi Kota Solo. Tujuan pertama adalah pusat belanja batik yang banyak terdapat di Kampung Kauman sebagai sentra batik di Kota Solo. Di sebuah toko dan pusat kerajinan batik, kami menyaksikan proses pembuatan kain batik secara sederhana. Proses membatik secara tradisonal dengan mengambar motif di kain dengan canting menggunakan tinta malam atau yang menggunakan cetakan hingga proses pencucian sampai kain menjadi sebuah produk sandang yang cantik, indah dan bernilai. Istri dan anak-anak sempat mencoba peralatan batik serta belajar membatik dengan canting pada selembar kain. Komentarnya : "Asyik tapi sangat sulit dan membutuhkan kesabaran dan kerapihan..".

Belajar Membatik di Solo (Heni Yuningsih)
Awalnya Fawwaz rada bete dan manyun ketika mencoba diajar membatik. Lambat laun Dia mulai menikmati pelajaran pertamanya, membatik di bingkai kain. Pola kupu-kupu dan bunga digambarkan dengan pensil di permukaan kain. Selanjutnya dengan hati-hati dia mulai menggoreskan canting berisi cairan malam ke pola yang sudah tergambar di kain. Tapi, uff....cairan malam panas sedikit tertumpah di paha sebelah kanannya. Sedikit merintih dan meringis dia kesakitan "panas...!!!" keluhnya.

Fawwaz dan Najla menggunakan canting dan malam untuk membatik
Setelah pemberian cairan malam sesuai dengan pola, kemudian anak-anak memberikan warna sesuai dengan selera mereka. Di hadapan mereka disiapkan pewarna batik dengan 4 warna, merah, kuning, hijau dan biru. Fawwaz dan Najla  secara bersama memberikan warna pada kain dengna pola kupu-kupu dan bunga tersebut. Setelah seliesai, kemudian oleh petugasnya, dicuci dengan air panas untuk menghilangkan malamnya dan terakhir direndam dan dibilas dengan cairan kimia untuk menguatkan warna yang sudah diberikan. Setelah dicuci dan dibilas dengan air dingin dan dikeringkan, woww..... luar biasa hasil karya anak-anak ini membuat batik.
Fawwaz dan Najla dengan Batik hasil karya mereka
Menjelang siang kami berwisata sejarah ke Pura (Puro) Mangkunegaran. Puro ini adalah istana tempat kediaman Sri Paduka Mangkunagara di Surakarta dan dibangun setelah tahun 1757 dengan mengikuti model keraton yang lebih kecil. Secara arsitektur bangunan ini memiliki ciri yang sama dengan keraton, yaitu pada pamedan, pendopo, pringgitan, dalem, dan kaputran, yang seluruhnya dikelilingi oleh tembok yang kokoh. Bersama guide, kami diajak masuk dan mengitari seantero Puro sampai ke bagian dalamnya.

 Berfoto bersama dengan guide Puro di Kraton Mangkunegaran
Setelah puas berwisata di sekitar kota Solo, pada akhirnya kami harus kembali ke Bandung. Jam 14.00 WIB kami menyusuri perjalanan panjang menuju Kota Semarang sebagai kota terakhir tujuan wisata kami kali ini. Sepanjang jalan yang lebar dan agak sepi, kami mulai tiba ke Kota Semarang menjelang maghrib. Kami putuskan untuk menginap semalam di kota tua ini. Besok pagi mulai kembali menikmati suasana lain di Kota Semarang (Kabelan Kunia &Family)

Senin, Juli 04, 2011

Kemegahan dan Keindahan Tamansari Yogyakarta

Selesai mandi pagi, kami parkir kembali di depan Benteng Vredeburg di area Malioboro. Begitu turun, kami langsung disapa seorang tukang beca. Beliau menawarkan becanya mengelilingi area Keraton Yogyakarta, Malioboro, mengantar sarapan gudeg sampai belanja batik dan oleh-oleh khas Yogyakarta. Dengan tarif hanya Rp 5.000,- tanpa batas waktu, tanpa ragu aku sulit menampiknya.

Diawali dengan perjalanan menuju area Keraton Yogyakarta, masuk dari samping kanan Keraton, kami berhenti di tempat warung nasi dengan menu khas sayur Gudeg, krecek kulit dan telur ayam. Aku rasakan gudeg yang enak dan sambel kulit (krecek) yang memikat selera selama di Yogyakarta ini. Lumayan mengganjal perut sarapan kali ini.
Menikmati sarapan pagi dengan Gudeg di Yogyakarta
Kami akhirnya melanjutkan perjalanan. Sampai akhirnya kami tiba di area Tamansari. Terlebih dahulu, beca mengantar kami masuk ke area taman, tapi menuju sebuah rumah di sampingnya dengan aneka lukisan batik. Tanpa bisa ditawar, kami akhirnya membeli 2 buah lukisan batik bermotif kupu-kupu, seharga Rp 150.000 per buah.
Menikmati dan membeli lukisan batik di Yogyakarta
Selanjutnya menuju belakang rumah pelukis ini, kami menjumpai taman kuno. Taman ini adalah Tamansari Yogyakarta atau Tamansari Keraton Yogyakarta yang merupakan sebuah situs bekas taman atau kebun istana (royal garden) Keraton Yogyakarta. Tempat ini adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogya dan keluarganya yang letaknya hanya sekitar 0,5 km sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Setelah membayar karcis masuk sebesar Rp 3.000/ orang kami ditemani guide mengelilingi dan mendapatkan penjelassan detail tentang Tamansari ini.
Di depan Gerbang belakang Tamansari
Kebun atau taman ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektar dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air.
Di area dalam Tamansari
Arsitek bangunan ini bergaya Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, di samping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar (www.yogyanews.com).
Kolam mandi para Selir Sultan
Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Tamansari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja (www.wikipedia.com).

Di area dalam komplek Tamansari kami menyaksikan dengan kagum 3 kolam yang konon digunakan untuk tempat mandi sultan dan selir yang dipilih mendapat giliran yang terletak bagian dalam, ada kolam bagian luar dengan ukuran cukup luas, tempat para selir mandi dan kemudian kolam di samping kolam mandi selir adalah kolam para putra sultan.
Area kolam mandi sultan dan selir terpilih
Di area kolam mandi sultan terdapat 2 kamar. Kamar pertama adalah tempat sultan dan selir berganti pakaian dan kamar kedua tempat sultan 'sauna' atau mengeringkan tubuhnya dengan uap panas. Di sini terdapat perapian yang di atasnya ada sebuah ranjang cukup besar.
Kamar 'sauna' dengan perapian dan ranjang besar
Pada bagian dalam taman ini selain terdapat irigasi air terdapat juga jalan bawah tanah atau terowongan dari Kraton Yogyakarta yang menuju salah satu bangunan di taman yang disebut Pasarean Ledoksari, yakni tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan. Juga terdapat Sumur Gumuling, yaitu bangunan bertingkat dua dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah.
Lima Tangga menuju lantai 2
Di masa lampau, bangunan ini merupakan semacam surau tempat Sultan melakukan Sholat yang dapat dicapai melalui salah satu lorong bawah tanah yang ada di kompleks taman. Selain itu, masih banyak terdapat lorong bawah tanah, yang dulunya dipakai sebagai jalan penyelamatan bilamana sewaktu-waktu kompleks ini mendapat serangan musuh.
Lorong bawah tanah menuju Keraton Yogyakarta
Di salah satu bagian ada bangunan yang disebut Pulau Kenanga karena di halaman depan gedung tumbuh pohon Kenanga Bunga Kenanga menyebarkan bau yang harum ke seluruh bagian taman.
Depan Gerbang Utama Tamansari
Akhirnya setelah melewati perjalanan yang menyenangkan di sini, kami berani menyimpulkan bahwa Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik dan wajib untuk dikunjungi. Selain letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kraton Yogyakarta yang merupakan obyek wisata utama kota ini, Tamansari memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya sendiri yang relatif utuh dan terawat serta lingkungannya yang sangat mendukung keberadaannya sebagai obyek wisata. Bangunan ini sangat inspiratif dan membanggakan sebagai sebuah bukti sejarah anak bangsa (Kabelan Kunia & Family/ Yogyakarta/2011)

Tour the Central Java

Beraawal dari Kota Bandung Pukul 15.00 WIB, kami sekeluarga meluncur melalui jalur selatan dengan sasaran awal Kota Tasikmalaya. Maghrib kami tiba di Kota Tasikmalaya. Waktunya makan malam, kami segera mencari lokasi makan malam yang enak dan mengeyangkan. Lagi-lagi kami menikmati ayam goreng khas Mergosari di Tasikmalaya. Setelah selesai Shalat maghrib dan makan malam, kami mengelilingi Kota Tasikmalaya sembari mencari Hotel yang murah tapi bersih dan nyaman di kota ini. Pilihan kami akhirnya jatuh di Hotel Mandawangi yang bersih dan cukup nyaman.

Paginya, sehabis sarapan di hotel, kami mulai menyusuri jalur selatan kembali menuju Purwokerto. Menjelang makan siang kami tiba di Desa Sidabowa, Kecamatan Patikraja. Selesai menyantap masakan padang, kami menuju tempat pertemuan training di balai desa Sidabowa. Training EvaGROW diikuti oleh anggota Koperasi Eknomi Rakyat Nusantara (KERaN) dan petani di Desa Sidabowa di bawah koordinasi Ibu Erma. Lebih dari 50 orang peserta mengikuti training ini dengan khusuk dan serius. Sebagai pemateri pertama penulis menyampaikan materi tentang profil perusahaan dan produk-produk yang terdiri dari EvaGROW, ORGANODegra dan BIODEG. Selanjutnya penulis memaparkan tentang bagaimana cara budidaya padi organik ala EvaGROW yang berhasil meningkatkan produksi padi hingga minimal 8 ton GKG/ hektar.

Suasana Training EvaGROW di Balai Desa Sidabowa, Purwokerto
Menjelang Maghrib, kami meluncur membelah jalur tengah menuju Kota Yogyakarta. Di restoran Pringsewu, kami istirahat makan malam dan Shalat mghrib dan Isya. Karena lahir di bulan Juni, istri mendapatkan surprise ultah dari pengelola restoran Pringsewu. Sembari membagikan kue tar mini ultah ke istri, petugas mengabadikan momen spesial tersebut dalam sebuah foto indah penuh kenangan. Kesan pertama membawa keakraban.
Pemberian ucapan selamat ultah dari petugas Restoran Pringsewu ke istri
Tepat tengah malam, kendaraan kami meluncur melintasi Malioboro - Yogyakarta yang masih cukup ramai, terang dalam kegelapan malam yang menusuk. Angin malam yang sepoi tidak mengurangi rasa kantukku. Berlabuhlah kami di Kedai Kopi sembari menikmati segelas kopi pahit dan sepotong pisang bakar keju. Rasa kantuk dan pusing mulai mereda.

Menyeruput kopi panas di tengah malam Yogyakarta
Malam ini kami menghabiskan malam di Malioboro, alun-alun Keraton Sultan Yogyakarta hingga menjelang Subuh. Mata ini perih menahan kantuk. Sampai subuh, kami masih di depan Benteng Vredeburg di area Malioboro (Kabelan Kunia & Family)