Selasa, Agustus 10, 2010

Hati-hati, ada BOM di rumah Anda

                                                                     Sumber photo : Okezone.com

Setelah terpental sejauh 2 Meter, akhirnya bocah malang, Sofi (4,5 tahun) akhirnya meninggal dunia setelah terjadi ledakan BOM yang bernama tabung gas LPG 3 Kg. Ledakan mematikan ini terjadi di rumah orang tuanya, Fitrianingsih (30 tahun) di Kampung Ciribende RT 05/06, Bogor Tengah, Kota Bogor pada hari Senin, 09 Agustus 2010.

Rupanya, kejadiaan naas tidak hanya terjadi pada tabung gas yang sedang aktif menyalakan kompor. Sebuah kejadian unik dimana saat tidak sedang dipakai pun, tabung gas elpiji meledak. Peristiwa ini berlangsung pada Selasa, 03 Agustus 2010 rumah seorang janda, Ny Saeti (40 tahun), di Kampung Cijambu, Desa Kadakajaya, Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat.

Korban ledakan tabung elpiji ukuran 3 kg sudah tak terhitung jumlahnya. Dua kejadian di atas adalah sedikit dari banyak peristiwa ledakan dengan memakan banyak korban di berbagai daerah. Mencermati kejadian demi kejadian, rasanya ledakan ini akan terus meneror rakyat dan tentunya akan menghasilkan korban-korban baru yang tidak berdosa.

Ironis, ketika banyak ledakan BOM tabung gas LPG, pemerintah melalui tim Densus 88 menangkap tertuduh pembuat bom dan dalangnya menurut versi mereka adalah Ustadz Abu Bakar Ba'asyir beserta beberapa pengikutnya (08/08). Bom yang mereka rancang belumlah meletus, tapi mereka siap-siap menerima tuduhan tanpa bukti pasti untuk dijebloskan ke dalam tahanan bahkan diancam hukuman tembak.

Sementara BOM tabung gas LPG sudah banyak menelan korban, sedang sang perancang, dalang dan pengambil kebijakan di negeri ini tidak pernah ditangkap dan diadili. Bertanggungjawab pun tidak.
Rakyat dibiarkan cemas dan memecahkan masalahnya sendiri.

Anehnya, Satuan Tugas Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) bersama Pertamina baru akan menetapkan untuk menyelidiki penyebab kejadian ledakan tabung gas LPG tersebut. Orang awam sudah tahu bahkan lebih dari tahu, bahwa penyebab tabung gas meledak cuma dua. Kalau tidak karena selang dan regulatornya, pasti karena kualitas tabung gas yang tidak standar. Rakyat tidak peduli apakah itu sesuai standar SNI apa tidak, karena faktanya di lapangan hal itu tidak berpengaruh apapun. Banyak juga tabung gas berstandar SNI yang ikut meledak kok.....

Pernyataan aneh juga datang dari pemerintah lewat Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara RI (Kabareskrim Mabes Polri) Komjen Pol Ito Sumardi, saat ditanya pers, seusai mengikuti rapat mengenai penanggulangan tabung gas 3 kilogram yang dipimpin Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Senin (9/8/2010) sore. Menurutnya, faktor penyebab lainnya dari ledakan tabung gas 3 kilogram yang ditemukan di masyarakat, karena jumlahnya kini semakin berlipat-lipat, sehingga tidak bisa menghindari terjadinya ledakan yang dapat menimbulkan korban. Selain karena masyarakat yang kurang berhati-hati atau kurang mengetahui tingkat bahaya penggunaan selang dan regulatornya, juga akibat pengoplosan, baik tabung gas 3 kilogram maupun tabung gas 12 kilogram.

Hal itu diungkapkan dari hasil penelitian Pusat Laboratorium Forensik Mabes Kepolisian Negara RI atau Puslabfor Mabes Polri adalah akibat adanya pengoplosan yang merusak katup dari regulatornya. Akibatnya, menyebabkan kebocoran gas.

"Jadi, dalam hal ini, sulit untuk dikatakan jika kita harus menghindari (ledakan), terkecuali sekarang ini kita harus meningkatkan sosialisasi pergantian selang dan regulatornya yang berstandar nasional Indonesia (SNI). Oleh sebab itu, rapat tadi memutuskan untuk mengutamakan sosialisasi dari penggunaan selang dan regulator yang berstandar SNI," lanjut Ito pada wartawan (Kompas, 10/08).

Rupanya pemerintah kita sudah tahu masalahnya, tapi tidak mampu mengatasinya. Masalah sosialisasi adalah masalah paling utama. Oke, masyarakat kita sebagian besar bodoh dan tidak paham mengenai penggunaan kompor gas. Nah, bukankah ini tanggungjawab pemerintah yang dulu memaksakan mereka untuk mengalihkan pemakaian minyak tanah ke gas secara tergesa-gesa tanpa sosialisasi sedikitpun?? Sekarang, pemerintah menuding masalahnya di sosialisasi, kenapa ini tidak dilakukan segera mungkin??

Kemudian masalah pengoplosan, atau 'sodomi' menurut istilah Jusup Kalla. Bukankah ini adalah ranah Polri untuk mensikat habis para distributor nakal tersebut. Tindak tegas dan beri mereka hukuman yang seberat-beratnya. Alih-alih memberi hukuman dan bertindak tegas, petugas kita pun banyak yang membekapi dan melindungi para pengusaha gas nakal ini.

Nah, yang jelas saat ini bukan masanya pemerintah mencari alasan dan kambing hitam melulu. Minimal pemerintah kita minta maaf dulu atas pelayanan yang jelek kepada rakyatnya. Kemudian mulai bertindah sesuai dengan porsi dan kewenangannya dengan cara yang adil, tegas dan bertanggungjawab. Masyarakat butuh tindakan real, bukan basi-basi dengan polesan kalimat nan indah. Itu munafik namanya!!!

Selamat Menempuh Ibadah Shaum Ramadhan tanpa ledakan tabung gas LPG.
Mohon maaf lahir dan Bathin.....

Tidak ada komentar: