Selasa, September 15, 2009

Berbuka Sehat dengan Labu

Oleh Kabelan Kunia
Artikel ini telah dimuat di Rubrik Cakrawala, Harian Pikiran Rakyat, September 2009


LABU (Cucurbita moschata Durch), sumber pangan yang satu ini memang sudah tidak asing bagi masyarakat kita. Tanaman ini memiliki beberapa nama daerah seperti Labu parang (Melayu), Waluh (Sunda), Waluh (Jawa Tengah). Kendati dalam hal pengolahan terasa masih belum bervariatif, namun di daerah Garut, masyarakat sudah cukup kreatif dengan mengubah waluh menjadi dodol sebagai oleh-oleh khas Garut. 

Di bulan puasa, kolak merupakan makanan khas pembuka puasa yang kerap tersaji di meja makan.. Ada aneka macam kolak yang namanya disesuaikan dengan buah utama pembuatnya, seperti kolak pisang, kolak ubi, kolak waluh, dan kolak campursari karena semua bahan buah itu dicampur jadi satu. Berdasarkan hasil penelitian, bahan-bahan pembuat kolak, seperti santan kelapa, gula aren, buah pisang, ubi, dan waluh parang mengandung zat gizi yang baik untuk pembuka puasa, dan berkhasiat menjaga kesehatan/stamina tubuh selama berpuasa.

Tahukah Anda, labu punya banyak sekali varietas, hingga 40 jenis. Waluh dipercaya megandung aneka zat gizi dan karotenoid, seperti betakaroten dan lain-lain. Semua itu bermanfaat untuk memulihkan kebugaran tubuh dan menjaga stamina selama berpuasa. Tak hanya itu, labu ternyata juga sumber serat yang kaya manfaat, terutama bagi kesehatan.

Jenis 
Beberapa jenis labu yang telah dibudidayakan dan dimanfaatkan antara lain labu kuning (Cucurbita moschata), labu air (Lagenaria siceraria), labu Siam atau waluh jipang (Sechium edule) beligo (Benincasa hispida), courgette crougette (Cucurbita pepo), dan butternut squash varietas. Yang paling akrab di dapur kuliner kita tentu saja labu kuning atau labu parang dan labu siam. Sementara dua varietas terakhir yang namanya cukup asing, memang lebih diakrabi dapur kuliner Eropa dan Timur Tengah. 
Tanaman labu kuning berasal dari Ambon (Indonesia). Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350 gram per hari.

Dari sekian banyak jenis labu yang ada, labu kuning (Cucurbita moschata) paling sering digunakan dalam masakan. Beragam jenis hidangan bisa dibuat dari buah ini, mulai dari kolak, sup, cake hingga kue-kue basah seperti talam dan kue lumpur. Teksturnya yang lembut dengan rasa sedikit manis cocok dipadu padan dengan beragam bahan. Dari gizinya pun tidak mengecewakan, setiap 100 gr labu mengandung 34 kal, 1.1 protein, 0.3 lemak, 0.8 mineral dan 45 mg kalsium.

Lebih 40 jenis labu, baru sedikit yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Banyak pakar gizi dan kesehatan yang punya bukti bahwa labu tak sekadar memberi peragaman bagi menu dapur semata, namun dari segi kesehatan labu juga punya segudang manfaat. Labu kuning atau waluh merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya pun mengandung antiokisidan sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Sayang, sejauh ini pemanfaatannya belum optimal.

Khasiat
Buah labu dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan dengan cita rasanya yang enak. Hampir sebagian besar dari tanaman ini dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan. Daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air buahnya pun berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita.

Kehadiran labu dalam menu masakan seperti bisa divariasikan untuk berbagai macam menu makanan, dari hidangan pembuka, menu utama, hingga hidangan penutup. Dengan citarasa yang tak terlalu pekat, labu justru fleksibel untuk diolah. Labu kuning biasanya diolah menjadi kolak, untuk campuran sup, bahan dasar pembuat kue kue basah, seperti talam dan kue lumpur. Teksturnya yang lembut dengan rasa sedikit manis cocok dipadu padan dengan beragam bahan. Labu air yang bertekstur agak keras bisa diolah menjadi macam ragam hidangan, dari lodeh sampai gulai sayur. Labu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku manisan kering dan campuran saus tomat. 

Menurut Prof.Hembing Wijayakusuma, seorang pakar kesehatan alternatif, labu dapat mengobati tekanan darah tinggi, menurunkan panas, diabetes dan memperlancar proses pencernaan. Bahkan daging buah mengandung antiokisidan sebagai penangkal kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam dan diare. Warna kuning menandakan labu kuning mengandung karotenoid (betakaroten) yang cukup tinggi di samping kandungan Vitamin A dan C, mineral, lemak serta karbohidrat. Itulah sebabnya air perasan labu kuning sering digunakan sebagai pewarna alami dalam pengolahan berbagai makanan tradisional. Tepung labu juga sering dicampurkan ke dalam berbagai produk olahan untuk mendapatkan warna kuning. 

Buah labu kuning umum dimasak sebagai sayur, sup, atau desert. Masyarakat menggunakan labu yang masih muda sebagai sayuran, seperti sayur lodeh, sayur asam dan brongkos. Buah yang sudah tua digunakan sebagai campuran dalam membuat bubur Manado dan sayur bayam ala Sulawesi Selatan. Labu kuning setelah dikukus dapat dibuat aneka makanan tradisional, seperti dawet, lepet, jenang, dodol, dan lain-lain. 

Air perasan buah dipercaya dapat mengobati luka akibat racun binatang. Biji labu dikenal sebagai Semen Cucurbitae yang kaya minyak bisa digunakan sebagai obat pembasmi cacing pita pada orang dewasa. Kadang-kadang diberikan sebagai obat emulsi (diminum beserta obat pencahar), setelah dicampur dengan air. Kegunaan lain labu kuning adalah untuk obat digigit serangga berbisa (daging buah dan getahnya), disentri dan sembelit. Pengobatan demikian amat berkhasiat dan aman tanpa efek sampingan. 

Berdasarkan pemanfaatan labu kuning secara empiris dan turun-temurun untuk berbagai pengobatan tradisional, diduga buah ini mempunyai berbagai komponen bioaktif yang perlu dibuktikan secara ilmiah. Labu atau waluh ternyata tidak hanya enak disantap pada saat buka puasa, tetapi juga zat gizi dan nirgizi yang terkandung di dalamnya memang pas untuk memulihkan gizi dan kebugaran badan setelah berpuasa seharian.

Wah, sudah lezat kaya manfaat juga. Cocok pula diterapkan untuk diet sehat karena kandungan seratnya yang tinggi. Kini kita tentu tidak ragu lagi mengolah labu menjadi berbagai macam hidangan istimewa bagi keluarga tercinta. (Kabelan Kunia/PP Bioteknologi ITB)

Tidak ada komentar: