Kamis, Juli 24, 2008

Mengurangi Bau dengan Mikroba

Oleh Kabelan Kunia
Artikel ini telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 10 Juli 2008
http://newspaper.pikiran-rakyat.co.id/prprint.php?mib=beritadetail&id=22052

AKIBAT berlarut-larutnya pengadaan dan pengelolaan tempat pembuangan sampah (TPS) yang diupayakan oleh Pemerintah Kota Bandung, hingga kini banyak kita dapati sampah di TPS yang menumpuk, terutama di lokasi pasar-pasar tradisional. Kondisi ini makin diperparah dengan masih berlarut-larutnya permasalahan pembangunan PLTSa yang diakui oleh Wali Kota dan beberapa pakar mampu mengatasi permasalahan sampah di Kota Bandung yang sudah pada taraf mengkhawatirkan.

Penumpukan sampah di TPS sudah menjurus pada taraf membahayakan dari segi keselamatan warga, mengganggu kesehatan juga menimbulkan kemacetan di beberapa tempat, karena tumpukan sampah sudah memenuhi separuh badan jalan.

Apabila keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, akan banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Selain masalah kesehatan, polusi bau, kemacetan, dan timbulnya berbagai penyakit, dampak lain yang perlu diwaspadai adalah tindak anarkistis dari warga yang secara spontan terlampiaskan. Pasalnya, masalah ini sudah mengganggu kenyamanan hidup mereka. Tindakan anarkistis ini timbul akibat luapan amarah yang tidak terkendali atas ketidakbecusan pemerintah dalam menangani sampah.

Bau tidak sedap yang sering ditimbulkan oleh sampah ataupun limbah lainnya adalah sesuatu yang tidak disukai semua orang. Bau sampah bisa menimbulkan rasa mual dan pusing bagi siapa saja yang menghirupnya. Bau sampah juga dapat mengakibatkan perseteruan berkepanjangan seperti yang terjadi antara Pemda DKI dan Pemda Bekasi, beberapa waktu yang lalu.

Mikroorganisme Pembusuk
Mikroorganisme pengurai sampah pada umumnya merupakan kelompok bakteri heterotrof. Bakteri jenis ini memanfaatkan sampah-sampah organik atau sisa makhluk hidup sebagai sumber energinya. Bakteri yang sering dijumpai dalam sampah antara lain bakteri nitrit (Nitrosococcus), bakteri nitrat (Nitrobacter), Clostridium, dan sebagainya.

Bau yang ditimbulkan oleh sampah sebetulnya merupakan hasil kerja bakteri. Sampah juga bisa menghasilkan bau menyengat karena menghasilkan gas-gas organik seperti metana. Agar sampah tidak menimbulkan bau menyengat, caranya bisa dengan mengubah komposisi mikroba yang ada dalam sampah.

Bakteri Clostridium merupakan mikroorganisme pembusuk utama, berperan dalam menguraikan asam amino dalam protein makhluk hidup, baik dari sampah tumbuhan maupun sampah hewan menjadi suatu senyawa amoniak.

Senyawa inilah yang menyebabkan timbulnya bau tidak sedap pada sampah. Jadi bila kita melewati tempat sampah tidak perlu menggerutu kesal karena bau. Ternyata bau sampah menjadi indikasi adanya "petugas mikro" pengolah sampah. Bayangkan jika sampah tidak berbau, kita akan lebih dipusingkan lagi akibat sampah-sampah tersebut akan tetap utuh.

Mikroba Pengusir Bau
Banyak cara yang sering digunakan untuk menghilangkan bau pada sampah, antara lain dengan memanfaatkan zeolit. Zeolit adalah mineral yang banyak ditemukan dalam batuan sedimen, terutama sedimen piroklastik. Penggunaan zeolit pada umumnya didasarkan kepada sifat-sifat kimia dan fisika zeolit, seperti adsorbsi, penukar ion, dan katalis. Batuan alam ini sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuat tapal gigi yang bersifat antimikroba, penghilang bau napas, sebagai pemisah/pemurni/penyerap, adsorben limbah industri dan lingkungan, penyaring molekuler, penukar ion, penjerap bahan dan katalisator, terapi diare pada hewan (babi) serta memiliki daya serap terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.

Sebuah formulasi mikroba yang diisolasi dari alam Indonesia berhasil ditemukan oleh peneliti di ITB. Formulasi yang diberi nama Bioclear ini merupakan konsorsium mikroba yang diperlukan untuk keseimbangan jumlah mikroba serta efektif mengurai limbah organik pada tumpukan sampah. Bioclear sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri penghasil gas dan bakteri pembusuk atau mikroba pengganggu yang terdapat pada tumpukan sampah, sehingga tidak menimbulkan bau, selalu bersih, dan tentunya bebas kuman penyakit yang membahayakan kesehatan warga.

Mikroba yang terdapat dalam formula ini berperan dalam menekan dan menghambat pertumbuhan mikroba "jahat" yang ada dalam tumpukan sampah. Peran mikroba pembusuk akan digantikan oleh mikroba dekomposer (pengurai) yang terdapat dalam formula Bioclear. Kemampuan menguraikan senyawa-senyawa yang terdapat dalam sampah oleh mikroba ini akan mempercepat proses dekomposisi sampah sekaligus akan mengurangi bau yang dihasilkannya.

Formulasi mikroorganisme juga telah diujicobakan pada peternakan ayam dan ternak lainnya. Bioclear sangat cocok digunakan untuk mengurangi bau pada kotoran ayam di kandang. Setelah menyemprot dengan formulasi mikrorganisme yang ada dalam Bioclaer ini, maka kotoran yang sering menghasilkan bau tidak sedap yang khas akan hilang.

Sebagai Pupuk
Mikroba sudah sejak lama dipergunakan dalam pertanian. Mikroba tertentu telah banyak diketahui perannya dalam memproduksi zat yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Kajian terhadap mikroba telah memberikan solusi bagi pencemaran limbah organik dan perbaikan sistem pertanian.

Kotoran ternak yang telah diberikan Bioclear ini dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik (kompos). Mikroba yang terdapat dalam Bioclear berperan juga sebagai dekomposer yang mampu menguraikan senyawa-senyawa yang terdapat dalam kotoran ternak menjadi unsur hara yang dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman pertanian.

Mikroba yang terdapat dalam pupuk organik (kompos) yang baik terdiri atas campuran bakteri fotosintetik, bakteri fiksasi, bakteri laktat, dan ragi. Bila digunakan pada media tanah, air, atau pada limbah organik akan menghasilkan proses regenerasi terus-menerus dan meningkatkan proses oksidasi serta mampu mengintensifkan berbagai bentuk energi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
(Kabelan Kunia, Pusat Penelitian Bioteknologi ITB)***

2 komentar:

Hidayat mengatakan...

salam kenal pak
saya mau tanya , mikroba tricoderma termasuk miroba pengurai / tdk?
berapa biaya utk menguji bakteri pengurai di lapangan yg bapa tahu?
sampai seberapa cepat mikroba pengurai bisa membantu proses pembusukan?
thx sam

Kabelan Kunia mengatakan...

Terima kasih atas pertanyaannya Pak. Mohon maaf saya baru bisa membalasnya. Betul Pak, bahwa jamur Trichoderma seringkali digunakan sebagai mikroba pengurai bahan organik. Jamur ini memiliki sifat yang dapat menguraikan materi selulosa bahkan lignin pada materi organik yang akan diuraikan, terutama pada bahan baku kompos. Biaya menguji mikroba pengurai akan sangat tergantung dari jenis yang akan diuji dan di mana instansi yang akan melakukan ujinya. Sepengetahuan saya, minimal 1 - 2 juta untuk 1 jenis mikroba pengurai. Sedangkan mikroba pengurai dapat membantu proses pembusukan bergantung dari jenis materi yang akan dibusukan dan metode pembusukannya sendiri. Bilamana cara pembusukan dalam proses pengomposan misalnya dilakukan dengan cara yang tepat, maka mikroba pengurai dapat memprosesnya dengan cepat dalam hitungan hari di bawah 1 minggu. Umumnya mikroba pengurai bersifat aerob, artinya membutuhkan oksigen untuk proses metabolismenya. Jadi pembusukan yang baik adalah menjamin adanya aerasi dalam bahan organik yang dibusukan.