Kamis, Juli 17, 2008

Buah Pinang Pengusir Cacing

Oleh Kabelan Kunia
Artikel ini telah dimuat di Majalah AGRINA, edisi 10 January 2007

Untuk mencegah dan memberantas cacing di tubuh manusia, memang gampang-gampang susah. Ada yang dengan obat bebas sudah cukup, macam cacing gelang dan keremi. Tapi ada juga yang harus dengan resep dokter, seperti cacing cambuk dan tambang. Kalau mau, bisa pula dengan bahan alami berupa biji atau rimpang tanaman tertentu. Infeksi cacing usus seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing kait (N. americanus), terutama pada anak-anak, cukup merepotkan. Infeksi cacing gelang umpamanya, bila larvanya sampai ke paru-paru bisa membuat orang yang menjadi induk semangnya menderita batuk. Kalau yang dewasa sampai bermigrasi ke usus buntu, akibatnya bisa bikin radang usus. Jika migrasinya sampai ke hati, abses hatilah yang diderita induk semangnya. Infeksi cacing cambuk akan menyebabkan nyeri di daerah perut, diare, dan terkadang anus menonjol ke luar.

Selama ini obat yang sering digunakan untuk memberantas ketiga cacing di atas adalah pirantel pamoat, piperazin sitrat dan mebendazol. Dari ketiganya, mebendazol tampaknya paling efektif karena terbukti menghasilkan angka penyembuhan terhadap cacing gelang 93%, cacing cambuk 91%, dan terhadap cacing kait 100%. Namun, mebendazol ternyata ada efek sampingannya. Diantaranya berupa mulas, muntah, diare, dan pusing-pusing.

Selain dengan obat modern, masyarakat juga mengenal bahan alami yang bisa digunakan untuk melawan cacing. Efektivitasnya pun tak kalah dibandingkan dengan obat farmasi. Sayangnya, obat-obat alami tadi secara ilmiah belum terbukti dengan pasti. Kalaupun penelitian telah dilakukan, biasanya masih sangat terbatas dan kurang mendalam.

Untuk memberantas cacing pita (Taenia saginata atau T. solium) yang bisa ditularkan lewat daging sapi atau babi yang dimasak kurang sempurna umpamanya, ada resep tradisional yang sejak lama digunakan orang. Di antaranya dengan minum santan kelapa (Cocos nucifera), kalau bisa kelapa hijau, yang kental. Dosisnya, satu gelas sehari dan diminum pada pagi hari sebelum sarapan. Atau, dengan makan isi biji waluh (Cucurbita mochata) sebanyak 500 - 1.000 butir (untuk orang dewasa). Dua jam kemudian minum kastroli untuk urus-urus (menurut kedokteran modern urus-urus tidak dianjurkan karena merusak pencernaan. Red.). Saat urus-urus itu cacing ikut keluar.

Sedangkan untuk mengusir cacing keremi (Oxyuris vermicularis) dari saluran pencernaan, generasi orang tua atau kakek kita menggunakan satu jari akar pepaya gantung yang dimasak dengan satu gelas air hingga tersisa setengah gelas. Air rebusan ini diminum dengan sedikit susu sapi. Dalam sehari penderita minum resep tradisional ini dua kali, masing-masing setengah gelas. Dianjurkan pula, selama minum obat alami ini, penderita tidak makan terlalu kenyang. Sementara pada malam harinya perut penderita ditempeli tumbukan bunga pepaya gantung dan dibalut dengan gurita.

Meskipun proses penyembuhannya belum diketahui dengan pasti, resep-resep tradisional macam itu mungkin masih banyak digunakan hingga sekarang. Asalkan bahannya tersedia. Sementara, penelitian terhadap bahan lain juga mulai dilakukan, meskipun masih terbatas pada penelitian laboratorium atau menggunakan hewan percobaan. Di antara tanaman yang diteliti kemampuannya melawan cacing perut itu adalah biji pinang.

Biologi Pinang
Tumbuhan tropika ditanam untuk mendapatkan buahnya dan kerana keindahannya, sebagai hiasan taman. Tingginya antara 10 hingga 30 m dan meruncing dibagian pucuk, ukuran melintang batang 15 cm. hingga 20 cm. Di bagian jemala (crown) pokok ini berbentuk bulat dan berwarna hijau semasa muda dan apabila masak ia menjadi kuning dan merah.

Nama saintifik bagi pinang ialah Areca catechu. Dalam bahasa Hindi buah ini dipanggil supari dan pan-supari sebagai sirih pinang. Tetapi bahasa Malaya dipanggil adakka atau adekka, Sri Lanka pula dikenali sebagai puvak, Thai sebagai mak dan masyarakat Cina memanggilnya dengan nama pin-lang.

Pohon pinang dibudidaya dengan cara menanam biji yang sudah cukup masak. Biasanya biji itu disemai dulu dan kemudian ditanam di dalam beg plastik. Ketika masih kecil tanaman ini cocok dijadikan hiasan dalampot. Apabila sudah besar, bagus ditanam di luar dan banayak ditanam sebagai batas tanah.

Buah pinang banyak digunakan sebagai obat. Alkaloid dalam pinang termasuk arekolin, arekaidin, arekain, guvacin, arekolidin, guvakolin, isoguvakolin dan kolin. Arekolin yang toksik, bertindak sebagai dadah nikotin ke atas sistem saraf. Ia menyebabkan sawan yang berakhir dengan lumpuh. Kematian adalah disebabkan oleh terhentinya pernafasan.

Arekolin adalah penghapus parasit dan cacing serta bertindak seperti asetil kolin. Pinang mengandungi lebih kurang 15% tanin merah dan 14% lemak. Tanin dalam pinang digunakan untuk merawat cirit-birit. Campuran pinang bersama bahan-bahan lain digunakan untuk kayap.

Buah pinang muda dikunyah dan airnya ditelan untuk mengubati darah dalam air kencing. Jus pinang muda digunakan sebagai ubat luar untuk rabun bila dititik pada kornea; ditelan untuk demam, histeria, disenteri (cirit berdarah) dan pirai.

Pinang muda dan benzoin disapukan pada luka berkhatan. Pinang yang dikunyah digunakan untuk sengatan sotong kereta. Abu pinang digunakan untuk mencuci gigi, tetapi jika terlalu banyak akan merosakkan gigi. Jus pucuk pinang dan Euphorbia Linta diberi tiga hari selepas bersalin.

Akar dan sabut pinang yang separuh reput digunakan untuk disenteri (cirit berdarah). Akar pinang juga digunakan untuk membanyakkan kencing dan mengubati sakit perut. Campuran daunnya digunakan untuk memandikan kanak-kanak yang cirit-birit. Serbuk daun pinang bersama daun Atalantia dan limau digunakan untuk sakit perut. Serbuk pinang boleh membuang cacing gelang dan cacing kerawit. Ekstrak pinang didapati menghasilkan barah bila diletak pada selaput lendir hamster.

Efektif Membasmi Cacing
Pinang atau jambe adalah salah satu kelengkapan dalam menyirih di kalangan orang-orang tua. Selain itu, masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman ini sebagai obat alami untuk menguatkan gusi, gigi, dan mengobati cacingan. Belakangan pinang diketahui berkhasiat meningkatkan gairah.

Bahan alam macam pinang (Areca catechu, L) oleh masyarakat sering digunakan sebagai obat cacing, di samping juga sebagai obat mencret, kudis, dan teman makan sirih. Bila dikunyah, biji tanaman keluarga palem ini terasa sepat. Namun, dia mempunyai daya pengucup, pengisap, dan penyejuk.

Daging biji pinang yang diperas mengeluarkan zat orecoline yang bersifat parasimpatomimetik yang bermanfaat mengeluarkan cacing dari dalam tubuh. Zat taninnya yang tingggi berkhasiat menyembuhkan radang. Daun pinang mengandung kalium yang bermanfaat untuk memperlancar buang air seni, mengeluarkan dahak dan mengecilkan pori-pori.

Biji pinang mengandung senyawa tanin dan beberapa alkaloid seperti guvasina, guvakolina, arekaina, dam arekolina. Arekolina ditemukan dalam jumlah terbanyak dan inilah yang diduga berfungsi sebagai antihelmintik (anti cacing).

Penelitian terhadap khasiat antihelmintik biji pinang ini pernah dilakukan di laboratorium secara in vitro (dalam media buatan) terhadap cacing kait anjing. Sebagai pembanding digunakan obat modern pirantel pamoat dan garam faal. Dosis yang digunakan 15 mg serbuk biji pinang kering dalam 25 cc air suling dan serbuk pirantel pamoat 1 mg dalam 1.000 cc air suling. Hasilnya, setelah direndam selama 1 jam ada 18 cacing mati dalam larutan biji pinang, sedangkan dalam pirantel pamoat belum ada yang mati. Pada perendaman 4 jam dalam larutan biji pinang, jumlah cacing yang mati hampir sama dengan yang dalam larutan pirantel pamoat. Cacing mati semua setelah perendaman 10 jam, baik dalam larutan biji pinang maupun pirantel pamoat. Sementara, dalam kelompok kontrol (dengan menggunakan garam faal), cacing mati hanya 3,3%. Hasil ini menunjukkan bahwa biji pinang secara in vitro terbukti memiliki efek antihelmintik terhadap cacing kait anjing.

Penelitian lain, secara in vivo (dalam tubuh hidup), mencoba membandingkan khasiat biji pinang dengan mebendazol. Penelitian menggunakan anjing yang diinfeksi larva cacing kait. Hasilnya, meskipun tidak seefektif mebendazol, biji pinang dapat menurunkan jumlah telur cacing sampai sebesar 74,3%. Sedangkan mebendazol dapat menurunkan hingga 83%. Hal ini membuktikan bahwa biji pinang dapat digunakan sebagai obat cacing tradisional untuk infeksi cacing kait pada anjing. Sayangnya, penelitian belum sampai pada tahap uji klinis pada manusia. Namun, potensi ke arah sana sudah tampak dengan adanya hasil positif dari penelitian secara in vitro dan in vivo tadi. (PP Bioteknologi ITB)

Tidak ada komentar: