Sumber Photo: www.bojonegoro.go.id
Hari Selasa (26 Januari 2010)aku dan tim dari Bandung berada di Kota Bojonegoro. Kota kecil yang panas.....
Sekitar jam 16.00 WIB, kami bergegas pulang setelah sebelumnya presentasi di depan direksi PT. Eka Putra Jaya, sebuah perusahaan peternakan besar dengan system terintegrasi dengan berbagai kegiatan termasuk pertanian, industri dan produksi pupuk organik.
Dalam perjalanan pulang aku sangat kagum sekali dengan kedisiplinan pengendara roda empat yang melintasi jalan raya sepanjang perjalanan kami pulang dari Bojonegoro ke Nganjuk, Madiun, Ngawi, Solo sampai Yogyakarta.
Semua pengendara harusnya tahu bahwa marka di tengah jalan berupa garis putih putus-putus, garis panjang di beberapa titik tertentu memiliki makna tertentu. Misalnya garis putih putus-putus, mengisyarakatkan pengendara dapat mendahului kendaraan di depannya. Namun sebaliknya, bila garis putih lurus memanjang, menandakan larangan untuk saling mendahului antara sesame kendaraan meski dalam keadaan macet sekalipun.
Hebatnya, rambu-rambu di jalan ini sangat dipatuhi oleh semua pengendara meski kami tidak melihat keberadaan pak Polisi di persimpangan atau di pinggiran jalan. Bahkan pada saat itupun di jalanan mulai gelap dan hujan rintik-rintik. Aura positif ini juga menyergap kami, maksud saya ‘sopir’ kendaraan kami yang biasanya sangat tidak sabaran di jalanan.
Namun, setelah kami memasuki wilayah Jawa Barat, kepatuhan itu punah. Sopir-sopir mulai merajai jalanan, seakan jalan adalah milik mereka. Di jalanan yang berkelok tajam, turun menukik bahkan merayap naik perbukitan pun kendaraan sangat berani saling mendahului seperti dikejar setan.
Nah, konon kabarnya untuk wilayah Jatim dan Jateng, tingkat penegakan disiplin berkendaraan umum sangat tinggi yang dilakukan oleh petugas, sehingga pengendara dengan ‘terpaksa’ patuh terhadap penegakan disiplin ini. Terbukti katanya banyak sopir yang ditilang karena melanggar aturan lalu lintas di jalanan dalam maupun luar kota di kedua wilayah ini.
Di perjalan saya mulai merenung mencoba menyimpulkan. Masyarakat kita bisa patuh dengan segala aturan, ketika aturan itu ditegakkan dan diaplikasikan dengan tegas dan sesuai aturan. Coba kita lihat, banyak sekali orang Indonesia yang tinggal dan berkunjung ke Singapore yang merupakan Negara sangat ketat dalam penegakan aturan, tapi orang-orang kita bisa menikmati tinggal dan hidup di sana.
Bearti kata kuncinya adalah : tegas dengan aturan yang jelas!!!!
(Selamat tinggal Bojonegoro.... Ledre ne uenakkk..... tenan....)
2 komentar:
Ledrene uenak tenan Pak, pecel Madiune yo ueenaak tenen. kok mboten njajal pecel Madiun???
Mas Mundirua, tks buanget komentnya ya... Aku kebetulan cuma 1 hari di Bojonegoro, itupun gak sempat kmn2 mas, kerjaane buanyak, dikejar target mas.... Pengen sekali makan pecelne, aku doyan tenan-e karo pecel. Laen kali ya... tks...
Posting Komentar