http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=12&aid=1680
Kudapan yang satu ini mengandung gizi cukup baik dan unsur-unsur penting bagi kesehatan tubuh.
Tidak sedikit masyarakat awam menganggap remeh keberadaannya. Padahal bahan pangan bernama ilmiah Ipomoea batatas ini mengandung gizi cukup baik, bahkan menyimpan khasiat dahsyat bagi kesehatan. Kandungannya terdiri dari zat-zat penting, semisal karbohidrat, serat, antosianin, betakaroten, dan kalori.
Untuk menjumpainya pun relatif mudah, mulai dari tukang sayur, pasar, penjaja keliling sampai pedagang di tempat wisata semisal kawasan Puncak, Bogor. Lebih jauh, komoditas ini berpeluang diolah menjadi tepung sebagai pengganti terigu yang masih impor. Kita biasa menyebutnya ubi jalar.
Cocok bagi Penderita Diabetes
Beberapa daerah di Indonesia mengenal ubi jalar dengan nama telo rambat. Paling tidak ada tiga jenis ubi jalar berdasarkan warna daging umbinya, yaitu ubi jalar oranye, kuning, ungu, dan yang paling umum dijumpai ubi jalar putih. Di daerah Cianjur ada pula ubi cilembu. Ini ubi jalar biasa saja tetapi rasanya sangat manis.
Karbohidrat dalam ubi jalar memiliki indeks glisemik 54 dan termasuk kategori rendah (low glycemix index). Artinya, karbohidratnya tidak mudah diubah menjadi gula. Berbeda dari sifat karbohidrat asal beras atau jagung. Dengan demikian ubi jalar cocok bagi penderita diabetes.
Keistimewaan lain adalah tingginya kandungan serat. Zat ini sangat baik sebagai penangkal kanker. Serat berfungsi mengikat zat karsinogenik, zat pencetus kanker yang masuk ke dalam tubuh. Ubi jalar terutama yang berwarna merah, mengandung serat oligosakarida yang bertipe larut. Perannya cukup vital untuk menyedot kolesterol “jahat” di dalam darah.
Belakangan diketahui serat ini menjadi campuran produk susu. Serat oligosakarida berperan mencegah sembelit, memudahkan buang angin, menjaga keseimbangan flora usus dan prebiotik serta merangsang pertumbuhan bakteri “baik” pada usus sehingga penyerapan zat gizi lebih efektif. Hanya pada orang yang sangat sensitif oligosakarida, konsumsi ubi jalar dapat mengakibatkan kembung.
Betakaroten dan Antosianin
Betakaroten merupakan bahan pembentuk Vitamin A dalam tubuh. Ubi jalar putih mengandung 260 mkg (869 SI) betakaroten per 100 gram, ubi jalar merah tersimpan 2900 mkg (9675 SI) betakaroten, ubi merah yang berwarna jingga 9.900 mkg (32967 SI). Makin pekat warna oranyenya, makin tinggi kadar betakarotennya. Dibandingkan bayam dan kangkung, kandungan vitamin A ubi jalar merah masih setingkat lebih tinggi.
Ubi jalar biasa dikonsumsi dengan direbus. Yang menarik, proses perebusan ubi jalar hanya merusak 10% kadar betakaroten. Sedangkan penggorengan atau pemanggangan merusak 20% betakaroten. Penjemuran malah menghilangkan separuh kandungan betakaroten. Artinya, dengan menyantap seporsi ubi jalar merah rebus sudah dapat memenuhi kebutuhan Vitamin A harian, sebesar 2.100—3.600 mkg.
Betakaroten pada ubi jalar merah berkhasiat sebagai "obat mata", selain sebagai pengendali produksi hormon melatonin. Hormon ini merupakan antioksidan bagi sel dan sistem saraf otak. Kekurangan zat ini mengakibatkan gangguan tidur dan berkurangnya daya ingat. Lebih jauh lagi, seretnya pasokan hormon melatonin akan menurunkan produksi hormon endokrin sehingga sistem kekebalan tubuh merosot. Kombinasi betakaroten dan Vitamin E dalam ubi jalar dapat menghalau stroke dan serangan jantung.
Kandungan lain adalah senyawa antosianin, zat pigmen pada ubi jalar ungu dan merah. Pigmen antosianin ubi jalar lebih tinggi konsentrasinya dan lebih stabil ketimbang yang ada dalam kubis dan jagung kuning. Hasil penelitian Balitbang Pertanian menunjukkan, antosianin berfungsi sebagai antioksidan, antihipertensi, pencegah gangguan fungsi hati, jantung koroner, kanker, dan arterosklerosis. Kini, saatnya kita kembali menjadikan ubi jalar sebagai kudapan sehat.
Kabelan Kunia, M.Si., Pusat Penelitian Bioteknologi ITB, Bandung
(kabelan@biotech.tb.ac.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar