Kabelan Kunia Opinion
Membangun Gagasan untuk Masyarakat Madani Indonesia
Sabtu, Maret 02, 2013
Sabtu, Februari 16, 2013
Melestarikan Seni Tradisi Angklung Sejak Dini
Fawaz (Tengah depan) bersama teman-temannya dari SD Bianglala Bandung berfose sesaat sebelum tampil di panggung Saung Udjo, Padasuka Bandung |
Angklung yang kini telah mendapatkan suatu pengakuan dari
badan dunia UNESCO pada tahun 2010, yaitu dari Badan Dunia
yang membawahi salah satunya kesenian tradisional. Hal ini merupakan suatu
kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat
Sunda, jawa barat, Indonesia.
Angklung adalah
salah satu budaya bangsa Indonesia yang banyak diperebutkan oleh berbagai
bangsa. Terutama oleh negeri tetangga kita yang memang getol mencaplok seni
tradisi bangsa kita, yaitu Malaysia yang dunia sudah tahu bahwa mereka tidak
memiliki akar tradisi yang kuat seperti bangsa kita. Sebagai bangsa yang kaya
dengan tradisi, sangat wajar kita mengapresiasi pengakuan internasional atas
angklung ini. Hamun yang tidak kalah penting adalah, bagaimana kita
menjaganya agar budaya ini bisa semakin berkembang dan jangan sampai punah.
Kita perlu mengenalkannya kepada anak-anak kita bahwa kita mempunyai banyak
seni budaya termasuk angklung.
Fawwaz mejeng bersama adik dan ibu setelah tampil di Bank Indonesia Bandung |
Banyak
cara untuk mengenalkan angklung kepada dunia luar utamanya kepada para generasi
kita. Salah satunya dengan memberikan mata pelajaran tambahan tentang seni
budaya Indonesia yang bisa kita mulai sejak dini, misalnya dari TK dan SD.
Rifdah Fawwaz yang kini bersekolah di SD Bianglala Bandung, mendapatkan
pengetahuan sekaligus keterampilan yang menyeluruh tentang musik tradisi
angklung dari sekolahnya. SD Bianglala sangat rutin memberikan keterampilan
seni angklung kepada siswa-siswinya mulai dari TK sampai SD. Bahkan sekolah
tidak segan-segan mengirimkan siswanya ke berbagai event-event di luar sekolah
sampai ke level internasional. Beberapa kali sekolah ini mendapatkan prestasi
yang memukau di pentas-pentas Nasional bahkan Internasional dalam perform angklung ini.
Saung
Amgklung Mang Udjo merupakan sarana tempat dimana kita dapat menikmati
alunan seni musik angklung, sekaligus melihat tempat produksi angklung yang
merupakan alat musik yang berasal dari Sunda, Jawa Barat, Indonesia yang
terbuat dari bambu. Di Saung Angklung Mang Udjo ini untuk
kesekian kalinya anak-anak SD Bianglala tampil untuk menghibur masyarakat,
sehingga mereka dapat menikmati alunan musik angklung tanpa terkesan kuno atau
pun ketinggalan jaman.
Selamat
dan Sukses atas penampilan grup angklung siswa-siswi SD Bianglala di Saung Angklung Mang Udjo. Majulah
kesenian tradisional Indonesia.
Jumat, November 30, 2012
Fawwaz Dance di Gedung Sate - Bandung
TARIAN selamat datang yang ditampilkan Fawwaz dan teman-teman dari SD Bianglala Bandung pada acara
Dinner Conferences INDONESIA - JAPAN, Innovation Convention di Aula Barat
Gedung Sate (Kantor Gubernur Jawa Barat) pada Jumat malam, tanggal 30 November
2012.
Tarian selamat datang yang ditampilkan menyambut kehadiran Bapak
Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan, Bapak Ginanjar Kartasasmita, Ketua
Penasehat Presiden RI, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Rektor Bidang
Kemahasiswaan ITB dan segenap delegasi (ilmuwan dan peneliti) dari Jepang dan Indonesia sebagai
peserta konferensi yang akan berlangsung 2 hari ke depan di SABUGA - ITB.
Senyum manis penari-penari cilik ini terus mengembang, menyapu semua penonton yang hadir di Aula Barat Gedung Sate, di malam nan romantis itu. Sekalipun para penarinya masih belia, namun keahliannya menari patut diacungi jempol. Terutama senyumannya yang terus mengembang sepanjang tarian ditampilkan. Penonton di malam itu sangat puas dan bangga disambut dengan tarian menawan dari penari-penari cilik nan cantik di depan panggung (Kabelan Kunia/ Gedung Sate)
Gedung Sate - Bandung
Angklung: Fawwaz dan SD Bianglala Perform di Gedung Sate
Fawwaz
dan teman-teman dari SD Bianglala Bandung "Angklung Perform" di acara
Dinner Conferences INDONESIA - JAPAN, Innovation Convention di Aula Barat
Gedung Sate (Kantor Gubernur Jawa Barat) pada Jumat malam, tanggal 30 November
2012.
Acara sangat meriah dengan disaksikan Bapak
Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan, Bapak Ginanjar Kartasasmita, Ketua
Penasehat Presiden RI, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Rektor Bidang
Kemahasiswaan ITB dan segenap delegasi dari Jepang dan Indonesia sebagai
peserta konferensi yang akan berlangsung 2 hari ke depan di SABUGA - ITB.
Angklung merupakan
salah satu alat musik tradisional masyarakat Sunda di kota ini dan Jawa Barat
pada umumnya, alat musik ini terbuat dari bahan bambu. Penampilan apik
dari anak-anak SD Bianglala semakin menegaskan bahwa Angklung merupakan warisan
budaya bangsa Indonesia. Tidak ada alasan negara lain, terutama Malaysia nekad tanpa malu mengklaim Angklung sebagai budaya dari bangsanya. Semua tahu bahwa
Malaysia adalah negara yang tidak memiliki warisan budaya asli.
Apresiasi Kedutaan Jepang dan tamu-tamu dari
Jepang yang terdiri dari para ilmuwan dan peneliti yang hadir dalam acara malam
itu makin mempertegas bahwa musik Angklung adalah budaya asli Bangsa
Indonesia. Hidup Angklung..... (Kabelan
Kunia/ Gedung Sate)
Bianglala Angklung; Japan Song
Fawwaz dan teman-teman dari SD Bianglala Bandung "Angklung Perform" di acara Dinner Conferences INDONESIA - JAPAN, Innovation Convention di Aula Barat Gedung Sate, Kantor Gubernur Jawa Barat pada Jumat malam, 30 November 2012.
Acara sangat meriah dengan disaksikan Bapak Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan, Bapak Ginanjar Kartasasmita, Ketua Penasehat Presiden RI, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Rektor Bidang Kemahasiswaan ITB dan segenap delegasi dari Jepang dan Indonesia sebagai peserta konferensi yang akan berlangsung 2 hari ke muka di SABUGA - ITB.
Sambutan sangat meriah dari setiap penampilan angklung SD Bianglala dari para audiences, terutama saat penampilan angklung menyanyikan lagu-lagu populer dari negeri Jepang. Kesahduan dari setiap ketukan angklung dari jemari mungil anak-anak SD Bianglala menambah kemeriahan suasana dingin di dalam aula saat itu. Gemericik hujan di luar menambah kesahduan suasana romantis malam itu. Tepuk tangan membahana setiap akhir penampilan.
Apresiasi luar biasa dari kedutaan Jepang atas penampilan anak-anak SD Bianglala malam itu ditandai dengan pemberian cindera mata buat penampil angklung. Anak-anak nampak sumringah menerima kado istimewa malam itu yang diserahkan langsung oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia (Kabelan Kunia/ Gedung Sate)
Minggu, September 30, 2012
Semarak Braga Festival 2012 yang Kurang Greget...
Karinding Show yang membuat semarak dan keunikan |
Karinding Show di arena Braga Festival yang membuat unik |
Fawwaz dan Najla di Arena Braga Festival yang kurang greget |
Arena Braga Festival yang disesaki Pedagang Kaki Lima (PKL) |
Mendung di Arena Braga Festival |
Jajanan Sosis Bakar di arena Braga Festival yang penuh sesak |
Minggu, Agustus 26, 2012
Menelusuri Jejak Sang Proklamator RI
Heni, Fawwaz dan Najla bediri di halaman rumah pengasingan Ir. Soekarno di Bengkulu |
Bengkulu -
Menjelang siang setelah puas menikmati indahnya suasana Pantai Panjang, kami
sekeluarga bergegas keluar mencari suasana dan objek lain yang akan dikunjungi.
Terfikirkan oleh kami untuk mampir ke rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu.
Konon, di sinilah Bung Karno diasingkan Belanda selama 4 tahun, sejak
tahun 1938 hingga 1942. Kami juga berencana berkunjung ke rumah tinggal Ibu Fatmawati yang tidak jauh dari tempat pengasingan Bung Karno. Dari informasi penduduk setempat, jaraknya tidak lebih dari 2 - 3 KM saja.
Selain Benteng Marlborough yang pernah kami
kunjungi 2 tahun yang lalu, Rumah Pengasingan Bung Karno menjadi destinasi
menarik saat traveling ke Bengkulu kali ini. Sembari merasakan panasnya kota
Bengkulu, berwisata sejarah sekaligus bisa bernostalgia dengan perjuangan Bung
Karno saat masa penjajahan Belanda.
Fawwaz, Najla dan Heni, bediri di rumah kediaman Bung Karno pada waktu pengasingan di Bengkulu |
Bangunan tua dengan arsitektur art deco jaman baheula yang dikenal dengan nama Rumah Pengasingan Bung Karno ini berada di tengah kota, tepatnya di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Gading Cempaka, Bengkulu. Perjalanan kami dari pantai tadi hanya 10 menit ditempuh untuk sampai di objek wisata sejarah yang menarik ini.
Kenapa Belanda terkutuk dulu mengasingkan sang Proklamator ke kota ini? Dulunya kawasan ini adalah daerah yang dianggap rawan malaria oleh Belanda. Dengan alasan itulah, Bung Karno dibuang ke tempat ini. Namun bukannya terkena penyakit malaria, Bung Karno malah gencar menyusun kekuatan dan dukungan untuk merebut kemerdekaan.
Selama di pengasingan ini, Bung Karno terus berjuang menularkan semangat pada masyarakat sekitar. Bung Karno juga sempat mendirikan Masjid Jami' di Jalan Soeprapto dan kelompok diskusi ilmiah bernama Debating Cerdas Club. Bung Karno juga pernah mendirikan kelompok sandiwara Monte carlo sebagai media untuk menyusun strategi agar kemerdekaan Indonesia tercapai. Bukti sejarah berupa baju-baju/ kostum yang biasa dipakai kelompok sandiwara untuk pertunjukan tonil tersimpan rapi di lemari dalam rumah sejarah ini.
Najla, Fawwaz dan Heni bediri di salah satu kamar dalam rumah pengasingan Ir. Soekarno di Bengkulu |
Awalnya, rumah ini adalah milik seorang pedagang Tionghoa, Lion Bwe
Seng. Halamannya cukup luas dan rapi. Pintu dan kusennya pun masih asli dengan
desain khas Tionghoa. Di dalam bangunan, terdapat benda-benda bersejarah
peninggalan Bung Karno yang masih tertata rapi.
Satu demi satu koleksi terlihat jelas di dalam
rumah ini. Kami dapat melihat foto Bung Karno yang sedang berpidato terpajang
rapi di salah satu sudut bangunan. Di kamar Bung Karno, terdapat ranjang tempat
tidur beliau. Ada juga koleksi surat-surat cintanya kepada Fatmawati. Alkisah,
di sinilah Bung Karno mulai merasakan benih-benih cintanya kepada Fatmawati,
gadis asli Bengkulu putri seorang guru Muhammadiyah, begitu juga sebaliknya.
Melalui rumah pengasingan inilah mereka kemudian menikah.
Kami juga menyempatkan berfoto di depan sepeda ontel milik Bung Karno yang disimpan rapi dalam boks kaca. Untuk masuk ke rumah Bung Karno ini, pengunjung termasuk kami
dikenakan biaya Rp 2.500,- Sayangnya, dengan retribusi yang ada, pengelola
tidak berhasil memelihara dengan baik bukti sejarah ini. Sebagai sebuah
pembelajaran, terutama buat kedua putri kami, rasanya kunjungan ke rumah
pengasingan Bung Karno ini sangat menarik dan begitu berkesan.
Heni, Fawwaz dan Najla bediri di depan Sepeda ontel milik Ir. Soekarno di rumah pengasingannya di Bengkulu |
Rumah
Kediaman Ibu Fatmawati
Sebelum ke rumah pengasingan Bung Karno, kami
terlebih dahulu menyempatkan singgah ke rumah kediaman ibu Fatmawati sebelum menikah dengan
beliau. Lokasi rumah ibu Fatmawati cukup dekat dengan rumah pengasingan Bung
Karno yang berjarak kurang lebih 600 meter, atau tepatnya berada di Jalan
Fatmawati.
Rumah berwarna coklat dan berbentuk rumah
panggung yang merupakan ciri rumah tradisional masyarakat Sumatera. Seperti
rumah pengasingan Bung Karno, di rumah ini kami menemui banyak perabotan dan
barang-barang milik Ibu Fatmawati yang mengandung nilai sejarah, termasuk mesin
jahit yang dulu digunakan untuk menjahit bendera merah putih yang dikibarkan
saat Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.
Rumah bersuasana hangat dengan dominasi warna cokelat tua ini banyak
menyimpan kenang-kenangan Ibu Fatmawati sejak masa kecil hingga gadisnya. Aku
dan istri menyempatkan berfoto di samping ranjang di kamar ibu Fatmawati. Di
ruang depan, terpampang foto bapak bangsa, Ir. Soekarno. Najla dengan penuh
semangat sembari mengepalkan tangan kanannya berteiak 'Merdeka", berfose
di depan foto Bung Karno yang gagah perkasa. Semoga putri kecil kami kelak
menjadi pemimpin yang dicintai rakyatnya seperti Ir. Soekarno, amin... (*Kabelan Kunia, Bengkulu 26/08/12)
Label:
Vacation
Lokasi:
Bengkulu, Indonesia
Sabtu, Agustus 25, 2012
Menikmati Indahnya Pantai Panjang Bengkulu
Merasakan pesona Pantai Panjang Bengkulu |
Pantai Panjang - Bengkulu, Menjelang mghib, kami tiba di Kota Bengkulu. Takut melewatkan matahari terbenam (sunset), aku bergegas membawa mobil langsung menuju Pantai Panjang yang hanya berjarak 1.5 km dari pusat kota.
Pantai panjang adalah objek wisata yang sangat eksotis karena hamparan pasir putihnya yang masih alami dapat membuka inspirasi akan kebesaran yang maha kuasa. Pantai ini tepatnya berada disebelah barat Kota Bengkulu, sehingga suasana menjelang terbenamnya matahari menjadi momen yang banyak ditunggu dan dinikmati.
Najla Haifa Zaizativa Kunia bermain pasir |
Setelah
sejenak menikmati senja merah di pinggi pantai, kami bergegas mencari tempat
menginap. Di sekitar kawasan pantai banyak ditemui penginapan dengan tarif yang
relatif dapat terjangkau. Akhirnya kami menginap di Hotel Pantai Panjang. Cukup
murah, tapi nyaman. Di sepanjang pantai juga kita dapat menikmati pangan khas
Bengkulu, tapi sudah penuh. Akhirnya malam ini kami hanya bisa menikmati mie aceh di tengah kota Bengkulu.
Heni, Najla dan Fawwaz berjemur di pagi yang indah |
Setelah pulas beristirahat di hotel yang cukup nyaman dan bersih, pagi hari ini kami segera menuju pinggir pantai yang berada tidak jauh dari hotel. Hanya berjarak sekitar 100 meter, kami sudah bisa menikmati indahnya Pantai Panjang dengan pasir putihnya yang lembut. Deburan ombak sesekali menyapu telapak kaki. Beberapa kali deburan ombak berhasil merobohkan istana pasir Fawwaz dan Najla. Seperti tidak bosan, keduanya kembali membangun istananya dengan antusias.
Najla dan Fawwaz menikmati Pantai Panjang nan indah |
Label:
Vacation
Lokasi:
Bengkulu, Indonesia
Senin, Juni 25, 2012
Secercah Senyum di Pulau Para Dewa
Sabtu, Juni 23, 2012
Langganan:
Postingan (Atom)