Kamis, September 30, 2010

Jamur "Candida" Picu Autis

Oleh Kabelan Kunia
Artikel ini telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat Edisi Kamis, 30 September 2010.
Jamur Candida sp. (Sumber : http://www.doctorfungus.org)
Penyakit autis semakin banyak terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Meski penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak usia dini, namun pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya masih belum diketahui luas.

Penyakit autis pertama kali dipublikasikan oleh Leo Kanner (1943) seorang dokter kesehatan jiwa anak. Ia mengamati perilaku anak-anak yang dijadikan objeknya. Hal yang sangat menonjol adalah anak-anak  sangat asyik dengan dunianya sendiri. Mereka seolah hidup dalam dunianya sendiri dan menolak berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya.

Autis berasal dari bahasa Yunani Autos yang berarti aku. Atau sikap yang sangat mengarah kepada diri sendiri. Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh melemahnya kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD).

Autis merupakan suatu gangguan atau kelainan otak yang mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, berhubungan dengan sesama dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan. Ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan khas pada sistem limbik atau pusat emosi. Akibatnya, fungsi otak jadi terganggu, terutama fungsi yang mengendalikan pemikiran, pemahaman, komunikasi dan interaksi.

Banyak literatur menyebutkan bahwa autis berhubungan erat dengan gangguan susunan syaraf pusat, gangguan sistem pencernaan, peradangan dinding usus, faktor genetik, keracunan logam berat, faktor psikodinamik keluarga dan faktor imunologi.

Menurut dr. Melly Budhiman, psikiater anak dan Ketua Yayasan Autis Indonesia, autis disebabkan gangguan pertumbuhan sel otak pada saat kehamilan trimester pertama. Menurutnya pada saat itu berbagai hal dapat menghambat pertumbuhan sel otak. Misalnya janin terancam virus (rubella, tokso, herpes), jamur (Candida), oksigenasi (perdarahan) atau keracunan makanan. Di samping itu, faktor genetik juga dapat menyebabkan autis.

Autis bisa terjadi pada siapa saja tanpa melihat perbedaan status sosial ekonomi, pendidikan, golongan etnik maupun bahasa. Orang tua perlu mewaspadai bahwa tingkat kejadian autis meningkat dari tahun ke tahun.

Candida sebagai Pemicu

Banyak penelitian membuktikan bahwa pertumbuhan Candida yang terlalu pesat di dalam tubuh memiliki andil mendorong munculnya beragam penyakit kronis; antara lain sindroma kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome), lupus, Alzheimer, penyakit Crohn, arthritis, kanker, AIDS, candidiasis pada paru-paru, kerongkongan, dan bronkhi.

Pertumbuhan yang berlebihan (over growth) jamur Candida di dalam saluran cerna anak juga telah dilaporkan oleh banyak peneliti sebagai suatu faktor resiko penting pada anak autis.

Ketika Candida tumbuh semakin pesat, sel-selnya mengalami metamorfosis. Sebagai khamir alias ragi yang semula selnya berbentuk bulat, berubah menjadi kapang atau jamur yang berfilamen, memiliki sulur-sulur akar. Akar ini akan berkembang semakin panjang dan menembus sel mukosa usus. Setelah mencapai sistem sirkulasi, Candida akan melepaskan zat racun. Bersama protein yang tidak tercerna, zat racun ini akan merasuki seluruh jaringan tubuh dan mengakibatkan kemerosotan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, muncul reaksi alergi, kelelahan, dan masalah kesehatan lainnya. Istilah lain gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh jamur Candida ini adalah sindroma Candida kronis (Candida -Related Complex, RC).

Menurut C. Orian Tuss, MD dalam bukunya “The Missing Diagnosis”, pengobatan terapi antikhamir (anti yeast) pada pasien penyakit autoimun menunjukkan hasil positif, bahkan untuk penyakit lupus sistemik.

Bahkan dalam konferensi autis pada 1995 William Shaw, PhD dari Children's Mercy Hospital dan Missourri University menyampaikan hasil penelitiannya yang menunjukkan hubungan antara candidiasis dan autis. Ditemukan bukti bahwa anak-anak penyandang autis mendapatkan peningkatan positif ketika diobati dengan terapi antikhamir/ antijamur.

Fermentasi Alkoholik

Berbagai kemungkinan peranan jamur Candida di dalam memperburuk gejala-gejala yang muncul pada penderita autis telah diketahui, antara lain peran jamur ini dalam hal terjadinya fermentasi alkoholik terhadap gula yang ada dalam saluran intestinal anak. Keberadaaan jamur Candida dalam saluran cerna anak dapat dihubungkan dengan pengaruhnya terhadap perilaku anak terutama mengenai tingkat agrsifitasnya.

Jamur Candida dalam aktivitasnya menyebabkan terjadinya proses fermentasi alkoholik dalam usus dengan memanfaatkan bahan organik yang ada dalam saluran intestinal. Meningkatnya kadar alkohol dalam darah sebagai akibat proses fermentasi yang hasilnya diserap secara langsung ke dalam darah menjelaskan kemungkinan itu.

Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian oleh Erly dan Djamal dari Universitas Andalas Padang yang melakukan pengamatan terhadap sampel feses 31 anak-anak penderita autis yang telah didiagnosis dan diterapi oleh dokter spesialis anak.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kelompok anak dengan jamur Candida positif dalam fesesnya, setelah diterapi dengan pemberian nystatin, yaitu semacam antijamur yang umum digunakan dokter untuk keperluan terapi, menunjukkan penurunan agresifitas pada anak. Penurunan ini teramati mulai dalam minggu pertama terapi dan terbanyak pada minggu ketiga.

Teori fermentasi alkoholik yang disebabkan jamur Candida dipercaya sebagai penyebab dari peningkatan agresifitas pada anak autis. Namun belakangan diketahui bahwa produk samping (by product) dari aktivitas jamur ini sebagai biang keladinya. Produk sampingan jamur Candida bersifat destruktif terutama terhadap sel-sel mukosa usus halus. Arabinose misalnya, yang dihasilkan dari proses metabolisme jamur Candida dipastikan sebagai penyebab agresifitas anak autis. Meskipun menurut penelitinya hal itu bukanlah satu-satunya penyebab.

Pada anak dengan hasil positif jamur Candida setelah diterapi dengan nystatin ternyata tidak seluruhnya menunjukkan penurunan agresifitas, yaitu hanya 17 anak dari keseluruahan 26 anak yang positif, yaitu hanya 65,4% saja. Artinya masih ada faktor-faktor lain yang terlibat di samping jamur Candida itu sendiri.

Terapi dengan pemberian nystatin menurut tim peneliti tidak seluruhnya mampu mengeliminasi koloni jamur Candida dalam usus anak. Bahkan obat ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memiliki efek samping. Efek pengobatannya hanya bersifat sementara, karena umumnya Candida dapat bermutasi menjadi bentuk yang tidak terlihat. Selain itu, obat-obatan ini justru menghancurkan mikroba ‘baik’ yang justru membantu mengontrol populasi Candida dalam usus.

Bagi seorang anak autis intoleransi dan alergi makanan merupakan faktor pencetus dan pemberi kontribusi yang penting untuk diperhatikan di samping faktor Candida. Intervensi diet khusus bagi anak penyandang autis akan sangat bermanfaat untuk mengurangi manifestasi klinis yang terjadi, sehingga dapat membantu dalam perbaikan tingkah laku. Tetapi, jika seorang anak memiliki gen pencetus autis, maka dengan orang tua mempelajari dan memahami faktor-faktor pencetus autis, kemunculan autis sebenarnya dapat dicegah (*****)

*Kabelan Kunia/ Pusat Penelitian Bioteknologi ITB

Bakteri Asam Laktat Untuk Terapi Autis

Oleh Kabelan Kunia*
Artikel ini telah dimuat pada Harian Pikiran Rakyat Edisi Kamis, 30 September 2010
 
Lactobacillus sp. (Sumber : www.oley.org)
Sudah sejak lama makanan dan minuman yang dihasilkan secara fermentasi dengan bakteri asam laktat menjadi bagian dalam menu makanan sehari-hari di Asia, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia. Bahkan beberapa daerah di Indonesia, tanpa disadari makanan hasil fermentasi laktat telah lama menjadi bagian dalam menu makanan keseharian masyarakat.

Beberapa contoh jenis makanan tersebut mungkin bukan saja sudah dikenal, tetapi malah sudah umum disantap. Sebut saja asinan dari Bogor, ikan bekasam dan tempoyak dari Sumatera dan Kalimantan, kimchi, acar, salami, bologna (daging), pindang makassar, budu, belacan atau terasi. Bahkan selama pembuatan kecap, tauco, serta terasi, bakteri laktat banyak dilibatkan.

Ada juga yang terbuat dari susu berupa yoghurt, keju, butter, kefir dan susu asam. Sedangkan yang terbuat dari biji serealia seperti beras, jagung, dan sebagainya adalah idli dari India, pui dari Hawaii, pulque dari Meksiko, dan chicha dari Brasil. Bisa disimpulkan, hampir di setiap tempat dan negara selalu ada jenis makanan dan minuman yang merupakan hasil fermentasi bakteri laktat.

Bakteri Asam Laktat (BAL)

BAL merupakan kelompok mikroorganisme yang berperan dalam banyak proses fermentasi pangan. BAL merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan. Bakteri ini juga menempel pada jasad hidup lain seperti tanaman, hewan, serta manusia.

Pada tubuh manusia, sejumlah bakteri laktat ditemukan di usus, aliran darah, paru-paru, serta mulut. Bahkan pada vagina yang merupakan organ reproduksi wanita ditemukan banyak sekali bakteri asam laktat ini. Beberapa spesies bakteri asam laktat adalah : Bifidobacterium breve, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum, Enterococcus faecalis, Lactobacillus brevis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus casei, Lactobacillus fermentum, Lactobacillus helveticus, Lactobacillus plantarum dan Streptcoccus thermophilus.

Kemampuan BAL dalam menghambat pertumbuhan mikroba lain merupakan salah satu alasan digunakannya bakteri ini sebagai agensia pengawet makanan. Dampak fermentasi BAL pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH pangan turun hingga di bawah 5.0, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri ‘jahat’, berupa bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman yang memang tidak mampu bertahan pada kondisi asam.

Bakteri jenis Lactobacillus umumnya menghasilkan laktobasilin, yaitu sejenis antibiotik alami yang berkemampuan menghambat, menonaktifkan dan bahkan dapat mematikan reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri ‘jahat’ yang masuk ke dalam tubuh.

Selama proses fermentasi terhadap sayuran, daging dan ikan, BAL tidak hanya menghasilkan asam laktat sebagai produk utama metabolisme, tapi juga memproduksi bakteriosin dan laktobasilin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak dikehendaki dalam makanan. BAL juga menghasilkan senyawa tertentu yang dapat meningkatkan nilai organoleptik makanan dan minuman, termasuk rasa dan bau yang mengundang selera serta memperbaiki penampilan.

Terapi Autis

Dalam usus kita terdapat berbagai jenis mikroba seperti bakteri dan jamur yang hidup berdampingan tanpa mengganggu kesehatan. Banyak riset telah membuktikan bahwa BAL bertahan hidup dalam saluran pencernaan setelah dikonsumsi. Bakteri ini tahan terhadap lisozim, enzim di air liur, pemecah dinding sel bakteri, asam, asam empedu, untuk sampai di usus dalam keadaan hidup. Ia mampu melekat pada sel epitel dan menjaga keharmonisan komposisi bakteri saluran pencernaan. Selanjutnya ia membantu mengatasi intoleransi terhadap laktosa, mencegah diare, sembelit, kanker, hipertensi, menurunkan kolesterol, menormalkan komposisi bakteri saluran pencernaan setelah pengobatan antibiotik, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Jamur Candida albicans adalah mikroba yang hidup dalam saluran cerna. Dalam keadaan normal tidak mengganggu kesehatan, namun jika keseimbangan dengan mikroorganisme lain terganggu, maka salah satu akan tumbuh berlebihan dan dapat menyebabkan penyakit. Pemberian antibiotika seperti amoxicillin, ampicillin, tetracycline dan keflex yang terlalu sering akan menyebabkan bakteri ‘baik’ (Lactobacillus) akan ikut terbunuh.

Sayangnya antibiotik ini tidak membunuh jamur Candida, akibatnya jamur akan tumbuh subur dan dapat mengeluarkan racun yang melemahkan sistem imun tubuh, sehingga mudah terjadi infeksi. Jamur yang tumbuh berlebih juga menempel pada dinding usus dan dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas usus atau usus berpori (leaky gut). Jamur juga menghalangi keluarnya enzim sehingga pencernaan terganggu. Kejadian demikian menurut William Show, Ph.D (1995), seorang ahli Autis dari Children's Mercy Hospital dan Missourri University dapat memicu autis pada anak.

Terapi pada infeksi jamur antara lain pemberian obat anti jamur, seperti nystatin. Pemberian probiotik BAL seperti Lactobacillus acidophilus dapat mengimbangi dan mencegah infeksi jamur. Probiotik ini merupakan bakteri ‘baik’ yang secara alami ada dalam yogurt dan dapat memerangi jamur Candida.

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata juga alergi terhadap makanan tertentu. Sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung gula, casein (protein susu) dan gluten (protein tepung). Gula dan karbohidrat sederhana lain dapat merangsang pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sedangkan casein dan gluten adalah jenis protein yang sulit dicerna, sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi otak apabila mengonsumsi kedua jenis protein ini.

Penderita autis biasanya mengalami lactose intolerance (ketidakmampuan pencernaan untuk mencerna laktosa). Pemberian probiotik BAL dapat membantu mencerna laktosa sekaligus menyebabkan keseimbangan mikroflora dalam usus.

Demikianlah meskipun tubuh manusia ‘dihuni’ oleh mikroba dengan rasio yang tepat, yaitu 85% dan 15% bagi bakteri menguntungkan, namun gaya hidup modern saat ini telah secara dramatis mengubah keseimbangan flora dalam tubuh kita. Bila tubuh manusia gagal untuk mempertahankan jumlah yang memadai bagi bakteri menguntungkan, maka niscaya penyakit pasti akan bersarang (*****)

*Kabelan Kunia/ PP Bioteknologi ITB)

Senin, September 13, 2010

Menikmati Pantai Panjang Bengkulu


Minggu siang (12/09/2010) kami keluarga besar Ilyas Suud menikmati indahnya Pantai Panjang di Bengkulu. Jarak yang cukup dekat dan jalan yang mulus meski berkelok telah kami lewati dari Kota Lubuk Linggau. Selama 3 jam perjalanan dalam kepenatan dan kelelahan, dapat terobati ketika tapak kami menginjak butiran pasir putih yang menghampar panjang di bibir pantai yang sangat panajang ini.

Pemandangan dan suasana yang sangat menggairahkan berada di pingir pantai dengan pasir putih bersih yang terhampar. Namun sayangnya, pantai ini sepertinya tidak terawat dengan baik. Fasilitas umum yang menjadi standar minimal di sini tidak kami temui, seperti toilet dan kamar mandi yang layak. Lokasi tempat makan yang higienis dan nyaman sulit kami dapati di sini. Jika kita ingin menikmati es kelapa yang menjadi ciri khas pantai-pantai di Indonesia, sulit kami dapatkan di sepanjang pantai. Menu seafood yang beragam dan merangsang, relatif tidak kita temui. Bahkan kampung nelayan yang kami lewati, tidak menawarkan hasil tangkapannya kepada pengunjung yang datang dari berbagai kota.

Hotel, bungalow atau penginapan yang nyaman sangat sedikit kami temukan. Ada sebuah penginapan sederhana sempat kami tanyakan dan lihat, meski harganya relatif murah, tapi sangat tidak layak untuk dinikmati bersama keluarga besar kami.

Mendapatkan kesan yang kurang memuaskan ini, kami akhirnya bergegas pulang kembali ke Lubuk Linggau. Selamat tinggal Pantai Panjang Bengkulu. Kondisi dan suasana yang aku rasakan 20 tahun yang lalu di sini, tidak jauh berbeda yang akan nikmati saat ini. Rupanya waktu yang sangat lama itu tidak membuat pantai ini menjadi lebih baik dan berbenah.

Minggu, September 12, 2010

Pengalaman ke Lapas

Lebaran kedua (Sabtu, 11/09/2010) kami diajak oleh kakak ipar untuk menjenguk adiknya yang tekena musibah di Lapas kelas I Kabupaten Musi Rawas di Kota Lubuk Linggau. Jujur, ini adalah pengalamanku untuk pertama kali berkunjung ke lapas. Dalam bayanganku, seperti dalam film-film, lapas pastinya dipenuhi oleh narapida mulai dari kelas maling ayam, sampai pembunuh, pemerkosa bahkan koruptor. Tapi, karena di tingkat Kabupaten tidak ada KPK, aku fikir pasti tidak ada tahanan kasus korupsi. Faktanya, di instansi-instansi pemerintah di daerahku ini banyak sekali bercokol para kuruptor yang hidup bebas dan dengan leluasa mengeruk uang rakyat. Alasannya sepele, karena mereka jauh dari pengawasan KPK yang hanya ada di Jakarta sono.


Kami datang jam 12.30 WIB. Menurut petugas di sana, kami harus menunggu sampai jam 13.00 WIB karena saat ini jam istirahat dan petugasnya akan mengalami pergantian. Nah, sambil menunggu, kami disarankan membeli tiket masuk dulu. Seorang membayar Rp 5.000,- Rombongan kami ada 5 orang, termasuk aku, jadi kami harus merogoh kantong sebesar Rp 25.000,-. Kami fikir sampai di sini beres semua, kami tinggal dipanggil dan masuk....

Setelah menunggu 1 jam, kami dipanggil untuk masuk sesuai dengan nomor urut di tiket. Tapi, anehnya setelah kami antri, ternyata semua pemegang tiket nomor urutnya sama, yaitu nomor 1. Ah, aturan macam apa pula ini.... Ok, biar tidak panasan, kami mengalah dan mengikuti aturan yang petugas buat. Setelah dipanggil, kami masuk dan diperiksa termasuk tidak boleh membawa HP, senjata dll. Setelah KTP salah satu dari kami ditinggalkan, kami tiba-tiba dimintai lagi uang masuk sebesar Rp 25.000,-. Awalnya kami menolak, alasannya karena diloket pendaftaran kami sudah membayar dengan jumlah yang sama. Alasan kami tidak digubris oleh petugas yang sok galak dan berkuasa. Dengan terpaksa kami merogoh kantong lagi.

Seterusnya kami disarankan melapor ke pos 1 dekat pintu masuk aula pertemuan. Di sana kami disambut lagi oleh 'petugas' (ternyata adalah tahanan yang akan berakhir masa tahanannya). Kami ditanya mau ketemu siapa dan hubungannya apa. Kami lagi-lagi dipinta uang tanda masuk sebesar Rp 5.000,-. Ok, dengan terpaksa dan ngedumel berat kami bertransaksi lagi. Selanjutnya kami masuk ke sebuah ruang aula dimana di situ sudah banyak pengunjung yang bertemu dengan saudara, anak, suami yang menjadi tahanan di sana. Ada puluhan narapidana yang diberi badge/ tanda pengenal khusus tidak henti-hentinya mengawasi lokasi aula.

Kami diterima oleh 3 orang 'petugas' (narapida juga pastinya), kami ditanya lagi mau ketemu siapa dan dipintai uang sebesar Rp 15.000,-. Ah, sudah 4 tempat kami selalu dipintai uang pajak, yang uangnya tidak jelas untuk apa dan siapa. Akhirnya kami ketemu dengan adik kakak ipar yang tersandung masalah sehingga harus bersakit-sakit terdampar di tempat menjijikan dan memuakkan ini.

Yang aku fikirkan adalah, bagaimana para narapidana (usia mereka relatif masih muda) yang berada dalam lapas ini akan menjadi orang 'baik', kalau di dalam lapas sendiri mereka diajarkan dan dididik untuk menjadi 'jahat'. Mereka diajarkan bagaimana 'menjarah' harta dan hak orang lain dengan tanpa malu dan basa-basi. Pelajaran ini aku fikir pasti akan melekat dan terbawa ke pergaulan sehari-hari ketika mereka keluar ke dunia bebas lagi. Nah, ketika mereka bernasib mujur, mereka akan selamat dengan kejahatannya. Tapi bagi mereka yang 'sial', mereka akan terjerat dan pasti akan masuk lagi ke lapas brengsek ini.

Pertanyaan saya adalah : siapa yang membuat sistem semacam ini?? Apakah Bapak Menteri Hukum dan Ham RI mengetahui aturan yang berlangsung di lapas-lapas semacam ini?

Kamis, September 09, 2010

Watervang, Bukti Sejarah Lumbung Padi


Setelah lebih dari 20 tahun aku kembali mengunjungi Watervang yang konon didirikan pada tahun 1941 pada masa penjajahan Belanda. Saat aku masih SMP dan SMA di Kota Lubuk Linggau, seringkali dengan teman-teman sebaya berkunjung bahkan bermain dan mandi bersama di saluran irigasi di komplek ini. Air yang cukup bersih dan lumayan deras, membuat kami menikmati mandi, terjun kemudian menghanyutkan tubuh hingga ke bagian hilir. Kegembiraan ini lebih terasa ketika kami lakukan bersama-sama untuk menghabiskan waktu menjelang azan maghrib pada bulan puasa.

Kini, aku sengaja mengajak istri dan dua orang anakku untuk menikmati suasana Watervang. Mengenang kebahagiaan masa kecil. Inilah yang ingin aku sampai dan ceritakan kepada kedua putri kami.

Sejenak aku merenung, bahwa saat sebelum kemerdekaan RI, penjajah Belanda sudah mempersiapkan daerah kami menjadi sumber pangan, berupa padi yang menjadi konsumsi utama masyarakat Indonesia hingga kini. Penjajah Belanda pada saat itu sudah mempersiapkan infrastruktur yang baik untuk meningkatkan produksi pertanian padi di daerah ini, khususnya daerah kecamatan Tugumulyo. Hingga akhirnya daerah ini dikenal sebagai lumbung padi daerah Sumatera Selatan.

Namun pada hari ini, ketika aku saksikan keadan dan kondisi waduk Watervang yang sangat tidak terawat dan hanya berfungsi apa adanya. Pintu pengendali debit dan aliran air sepertinya sudah tidak berfungsi dengan baik. Air mengalir seadanya menuju saluran irigasi ke sentra persawahan di bagian hilirnya menuju Tugumulyo. Rumput dan semak menjulang tanpa pernah tersetuh pembersihan oleh petugas. Padahal lokasi ini dijadikan sebagai obyek wisata andalan Kota Lubuk Linggau. Setiap akhir pekan dan hari libur nasional tempat ini kerap dikunjungi warga dari berbagai daerah hanya untuk sekedar menikmati air terjun yang tidak begitu tinggi, paling banter hanya 10 meteran.

Seperti halnya di daerah lain, termasuk di Jawa, saluran irigasi yang ada dalam kondisi mengkhawatirkan. Tidak ada penambahan saluran irigasi baik primer, sekunder maupun tersier. Saluran irigasi hanya mempertahankan peninggalan jaman Belanda. Saya membayangkan kalau Belanda tidak menjajah Indonesia, akan menjadi apa negara ini. Mungkin tidak akan ada perkebunan teh, kopi, karet dll. Juga tidak akan pernah kita bisa menikmati transportasi kereta api dan  jalan raya yang menghubungkan Jawa dll. Termasuk mungkin sawah-sawah kita akan cepat beralih fungsi menjadi perumahan, pabrik dan gedung-gedung mewah kalau tidak dibangun saluran irigasi teknis oleh Belanda.

Namun, tetap saya sadar bahwa penjajahan Belanda dan Jepang telah menghancurkan harkat dan martabat kita sebagai Bangsa. Penjajah adalah penjajah yang datang hanya untuk menggerus kekayaan bangsa kita. Watervang hanya bukti sejarah bahwa di negeri ini pernah dijajah oleh Belanda. Saatnya pemerintah daerah membangun dengan sungguh-sungguh untuk kemakmuran rakyat Indonesia dengan merdeka.

Senin, September 06, 2010

Idul Fitri, Kembali ke Kesucian Diri

Oleh Kabelan Kunia
Artikel telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat, 2010

Bulan Ramadhan berlalu. Setelah selama sebulan umat Islam menjalankan ibadah puasa, hari lebaran pun tiba. Tentu saja hari yang disebut Idul Fitri itu sangat dinanti-nantikan, karena pada hari itu kaum muslimin dan muslimat di seluruh penjuru dunia merayakan kemenangan mereka dalam upaya mensucikan diri pada bulan suci Ramadhan.

Hari Raya Idul Fitri merupakan hari yang amat mulia dan sakral bagi umat Islam. Setelah dibina dan digembleng sebulan penuh, pribadi mukmin kembali kepada fitrahnya, seakan dilahirkan kembali ke dalam kejadian asal yang suci dan bersih.

Watak hanif muncul kembali menjadi identitas diri yang secara alami merindukan dan mengarah pada sesuatu yang baik dan benar. Sebab kebaikan dan kebenaran adalah jatidiri dan sifat asli manusia, sedangkan kepalsuan dan kejahatan adalah penyimpangan dari fitrah yang suci.
Semuanya itu mewujudkan nuansa Hari Raya Idul Fitri yang datang hanya setahun sekali. Idul Fitri adalah hari raya kita semua, hari raya kemanusiaan universal, hari raya kesucian primordial manusia, hari raya fitrah, hari raya manusia sebagai makhluk yang hanif, makhluk yang merindukan kebenaran dan kebaikan, yang berbahagia karena kebenaran dan kebaikan. Hari raya puncak perolehan kerohanian kita setelah berpuasa selama sebulan, hari raya kembali ke fitrah, kesucian asal ciptaan Allah.

Boleh jadi pada hari lebaran kita akan bersuka cita karena pesta kemenangan. Sebab selama sebulan seluruh lahir bathinnya diuji, apakah kuat menahan godaan hawa nafsu. Hawa nafsu yang paling berat memanglah bersumber pada diri sendiri. Selama sebulan, iman sebagai benteng pertahanan benar-benar diuji atas berbagai godaan dan nafsu. Baik godaan makan minum semenjak waktu sahur hingga berbuka, maupun godaan lainnya termasuk nafsu seksual. Hal ini bukan berarti, bahwa setelah habisnya bulan puasa, orang lantas boleh mengumbar kembali nafsunya yang tertahan sepanjang 30 hari. Justru pada bulan Ramadhan itu sebagai terminal latihan agar pada bulan-bulan berikutnya menjadi sebuah perilaku dan kebiasaan. Makin berulangkali setiap sekali setahun seseorang berpuasa, InsyAllah ia akan memperlihatkan pribadi yang berakhlak tinggi.

Maksud Allah SWT menetapkan 1 Syawal sebagai Hari Raya Idul Fitri adalah sebagai anugerah bagi mereka yang telah berhasil menunaikan puasa dan mengekang nafsu selama sebulan penuh guna meraih derajat yang takwa. Hakikat Idul Fitri tidak hanya berarti hari yang suci dan sakral serta ubudiyah, melainkan jauh lebih dalam mengandung makna dimensi sosial, ekonomi, politik dan hankam.

Dalam konteks Indonesia, umat Islam merayakan kehadiran hari lebaran dengan berbagai cara dan tradisi. Misalnya dengan mengenakan pakaian yang baru, menyediakan makanan dan kue-kue yang lezat cita-rasanya dan tidak ketinggalan adanya tradisi mudik untuk merayakan lebaran di kampung.

Tapi belum tentu semua orang benar-benar ber-Idul-Fitri dalam arti yang hakiki. Sebab Idul Fitri bukan sekadar kembali berbuka atau tidak berpuasa lagi, melainkan kembalinya orang-orang beriman ke fitrah-insaniyah setelah menjiwai nilai-nilai Ramadhan.

Orang yang beridul-fitri adalah orang yang kembali kepada jiwa asli yang murni, setelah melakukan pembersihan di bulan suci Ramadhan. Yakni kembalinya pada sikap berfikir dan berprilaku serta bertindak sesuai dengan fitrah jiwa manusia sesuai dengan syari’at Islam.

Sebagai manifestasi pensucian jiwa itu Allah SWT antara lain mewajibkan kepada mereka membayar zakat fitrah. Melalui pembayaran zakat fitrah dan kesempatan untuk saling maaf-memaafkan yang bermakna bahwa umat Islam dididik berbudaya luhur yang disebut ukhuwah Islamiyah. Selain itu juga dididik memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama umat Islam khususnya dan masyarakat pada umumnya. Zakat fitrah diberikan kepada fakir miskin sebelum seremoni Shalat Ied agar mereka yang berhak menerimanya bisa ikut bergembira dan merasa sejahtera dalam menyambut dan merayakan hari lebaran itu.

Semuanya bergembira dapat kita lihat dari rona wajahnya yang berseri-seri. Mereka saling bersalaman dengan mesra sekali dalam menikmati hari baru dalam Idul Fitri. Idul Fitri dijadikan sebagai momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan hubungan terhadap sesama umat manusia agar senantiasa tercipta kedamaian, ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat.

Idul Fitri juga merupakan momentum berharga guna mewujudkan kesiapan batin kita dalam menghadapi konsep kemanusiaan yang bertentangan dengan fitrah manusia seperti ketidakadilan, kebohongan tindak kekerasan dan kebringasan yang pada gilirannya hanya merugikan saudara-saudara kita sendiri.

Marilah kita semua kembali kepada kesucian asal kita, kesucian fitrah yang hanif, yang dengan tulus mencari dan mengikuti kebenaran dan kebaikan. Marilah kita tanamkan takwa dalam diri kita, menyadari kehadiran Tuhan dan pengawasan-Nya dalam segala kegiatan.

Marilah kita lawan godaan setan yang mendorong nafsu serakah dan marilah kita tegakkan keadilan, demi kebahagiaan kita seluruh warga masyarakat dan negara tanpa perbedaan. Marilah kita galang persaudaraan antarumat, antarsuku bangsa dan antarsesama manusia seluruhnya.

Bila kita selesai melaksanakan puasa, selama sebulan melatih diri mengendalikan dan melepaskan diri dari belenggu hawa nafsu, diharapkan dengan proses puasa baik pada tingkat pribadi maupun sosial dapat melahirkan tata nilai Rabbaniyah dalam kehidupan ini.

Tata nilai Rabbaniyah adalah tata nilai kehidupan yang berdasarkan semangat ketuhanan mencapai Ridho-Nya, dalam wujud pola hidup penuh kesalehan dan dedikasi kepada cita-cita untuk mewujudkan kehidupan bermoral, berbudi luhur dan berakhlak mulia. Orang yang hidup dalam tata nilai Rabbaniyah selalu mengikuti keinginan Tuhan, bukan keinginan hawa nafsu, semangat ketuhanan inilah sebagai sikap takwa yang terkandung dalam firman Allah pada surah Al Imran 79: "Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Kitab dan Hikmah dan Kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah. Akan tetapi, hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Kitab dan tetap mempelajarinya."

Marilah kita wujudkan masyarakat dan negara yang tertib, aman dan damai yang membuat bahagia seluruh warga negara. Marilah kita wujudkan itu semua dengan iman, amal kebajikan, bebas dari syirik pemujaan kepada harta dan kekuasaan. Jadi, inti Idul Fitri ialah kembalinya kita kepada jatidiri yang suci, bersihnya diri kita dari dosa-dosa berkat taubat di bulan Ramahdan, yang kemudian kita lengkapi dengan pernyataan saling memaafkan antara sesama.

Demikianlah hendaknya kita kembali ke fitrah kesucian atas bimbingan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, melalui latihan menahan diri yang kita jalankan dengan penuh ketulusan, yang telah kita genapkan bilangannya selama sebulan. Maka, di hari yang Fitri kita kumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, sebagai pernyataan rasa syukur kita kepada Allah atas segala petunjuk-Nya..
Selamat Idul Fitri. Mohon Maaf Lahir dan Batin. (Kabelan Kunia/2010)