Jumat, Juni 11, 2010

Jurus Lebatkan Guaperu

Tulisan ini telah dimuat di Majalah Trubus Edisi Juni 2010, Salah satu dari hasil wawancara dengan Penulis.


Jaka Setiabudi tak pernah puas menikmati kesegaran buah jaboticaba dari tanaman di halaman rumah. Setiap kali berbuah pemilik perusahaan perbankan di Bandung, Jawa Barat, itu hanya memetik 3 - 4 butir dari tanaman berumur 15 tahun. Jumlah itu ibarat langit dan bumi dengan hasil panen Thedy Widjaja. Dari pohon berumur sama, setiap musim Thedy memanen 100 kali lipat atau 500 - 750 butir. Musim buah datang 3 - 4 kali setahun.

Padahal Jaka rutin menaburkan sesendok makan atau setara 15 g pupuk NPK di sekitar perakaran setiap bulan. Dengan perlakuan itu tanaman terlihat subur. Tunas terus-menerus bermunculan sehingga tanaman rimbun. Sayang, perlakuan itu tak cukup merangsang anggur brasil - sebutan jaboticaba - berbuah lebat.

Yos Sutiyoso, ahli pupuk di Jakarta, menuturkan pupuk yang ditambahkan Jaka hanya mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan vegetatif, tapi belum cukup memicu bunga muncul yang butuh energi ekstra. Kebutuhan pupuk mesti disesuaikan dengan umur tanaman. ‘Semakin tua tanaman kebutuhan nutrisi semakin banyak,’ ujarnya.

Intensif
Agar berbuah lebat Thedy merawat 1.000 jaboticaba superintensif. Ia rutin membenamkan 50 kg kotoran kambing hasil fermentasi untuk setiap tanaman berumur 15 - 20 tahun setiap 3 bulan. Menurut Prof Dr Ir I Wayan Mathius MSc APU, periset dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Bogor, Jawa Barat, kotoran kambing mengandung 40 - 50% bahan kering dan 1,2 - 2,1% nitrogen. Nitrogen berperan sebagai pemulih energi tanaman dengan merangsang pertumbuhan vegetatif.

Ketika daun baru mulai bermunculan, Thedy menyiramkan larutan pupuk hayati yang mengandung 6 jenis bakteri menguntungkan: Aspergillus sp, Lactobacillus sp, Azotobacter sp, Azospirillum sp, Bacillus sp, dan Trichoderma sp. Dosisnya 20 ml yang dilarutkan dalam 20 liter air. Larutan itu disiramkan ke area perakaran masing-masing 2 liter per pohon setiap 3 bulan. Pada saat yang sama Thedy juga membenamkan 50 kg pupuk kompos per pohon. Menurut Kabelan Kunia MSi, peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi Institut Teknologi Bandung (ITB), mikroba kelompok Azospirillum dan Azotobacter berperan menambat nitrogen dari udara.

Sementara Aspergillus dan Bacillus ialah bakteri pelarut fosfat. Keduanya melarutkan senyawa fosfor (P) dalam tanah yang tak dapat diserap tanaman menjadi anion P yang dapat diserap. Aspergillus dan Bacillus mengeluarkan senyawa organik dan enzim yang mampu melepas ikatan P sehingga mudah diserap tanaman.

Menurut Yos fosfor berperan mengubah cahaya matahari menjadi karbohidrat melalui fotosintesis. Saat jumlah karbohidrat tinggi maka rasio karbon (C) dan nitrogen (N) tinggi. Pada kondisi itu, tanaman terpicu beralih dari vegetatif ke generatif yang ditandai dengan munculnya bunga.

Bakteri pelarut fosfor umumnya juga melarutkan kalium (K). Kalium berperan meningkatkan ketersediaan karbohidrat, pembentukan protein, sumber energi, dan rasa manis dalam buah. Makhluk liliput itu juga dapat memacu pertumbuhan karena menghasilkan zat pengatur tumbuh.

Pangkas dan infus
Menurut Thedy teknik pemupukan superintensif itu baru manjur bila intensitas cahaya matahari cukup, sehingga fotosintesis optimal. Karena itu Thedy memangkas cabang dan ranting yang saling menutupi agar semua daun dapat terkena cahaya matahari. Dengan begitu jumlah karbohidrat yang diperlukan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan bunga dan buah cukup.

Menurut Sobir PhD, kepala Pusat Kajian Tanaman Buah Tropika (PKBT) IPB, pemangkasan juga berperan mematahkan dominasi apikal sehingga merangsang pertumbuhan cabang dan bakal bunga. Namun, Thedy hanya memangkas saat musim hujan. ‘Saat kemarau pasokan air kurang sehingga tanaman lamban bertunas. Jika daun baru tidak segera tumbuh, tanaman kesulitan berfotosintesis sehingga berisiko mati,’ katanya.

Saat kemarau Thedy juga mengganti cara pemberian pupuk hayati dengan memasang ‘infus’ yang terbuat dari botol plastik berkapasitas 2 liter. Tujuannya agar kondisi area perakaran lembap terus-menerus. ‘Jika disiram langsung ke tanah dalam 1 - 2 jam biasanya mengering sehingga aktivitas mikroorganisme terhambat,’ katanya.

Botol digantungkan pada cabang dengan posisi terbalik pada ketinggian 1 m di atas permukaan tanah. Ujung botol dipasang pipa plastik berdiameter 5 mm untuk mengalirkan larutan pupuk ke area perakaran. Debit diatur sedemikian rupa agar larutan pupuk cukup untuk sehari.

Cara lain ditempuh Ahmad Kosasih di Cianjur, Jawa Barat. Setiap mogok berbuah sekujur tanaman disiram dengan air selama 3 - 7 hari hingga kulit batang mengelupas mirip jambu biji. Menurut Ir Edhi Sandra MSi, ahli fisiologi tanaman Fakultas Kehutanan IPB, kulit batang yang mengelupas membuat titik tumbuh tunas atau bakal bunga yang tadinya tertutup menjadi terbuka sehingga lebih mudah tumbuh. Namun, teknik itu baru optimal bila tanaman digenjot pupuk seperti Thedy. ‘Bila tanpa pupuk, buah yang muncul kecil-kecil,’ kata Engkos - panggilan Ahmad Kosasih. Berkat perlakuan itu, pantas bila jaboticaba milik Engkos dan Thedy selalu berbuah lebat. (Imam Wiguna/Peliput: Destika Cahyana dan Faiz Yajri)